Rabu, 30 November 2016

RENJANA

Kau renjana
Pengikat asa
Pencipta gundah gulana
Di keheningan malam menyala

Jika kau ingin ingkar
Maka ingkarlah
Sebab aku telah mati
Bersama renjana dan jiwa yang sepi

Ah, sesaat aku tanpa arah
Bukan karna amarah
Namun aku di permainkan
Tersebab renjana yang berkeliaran

Mengapa ada perasaan yang seolah katup
Mengelilingi ruang redup
Serta merta mengoyak meraup
Tanpa peduli mati atau hidup

Kau renjana
Pemimpin rasa yang terlanjur ada
Pencipta segala muara
Pecandu ilusi yang tiada kentara

Tidak apa jika berlalu
Aku pun tidak mau terlalu
Karna cinta yang menguatkanku
Telah hilang dan letih menunggu

Jumat, 04 November 2016

Sekalipun jangan.

Jangan kau sesali pamitmu. Karna aku masih setia dengan inginku; Bersamamu. Bukan aku melagu pada kelabu. Aku hanya merindu pada biru. Bukan aku meratapi sendumu. Namun aku mengadu. Pada genangan air mataku. Yang tertumpah ruah memenuhi cawan cintaku.

Kini, kita hanya sekumpulan angan yang sempat terbentuk sempurna namun hancur seketika. Kita pernah merangkainya dengan seksama. Namun rapuh kedua tangan kita. Hingga hati memilih untuk mendobraknya saja. Biar lebur. Berserakan. Lalu merasakan pedih bersamaan. Sesakit apapun kau, aku sama sesaknya denganmu. Tidak berkurang sedikitpun.

Aku nampak terisak dihadapanmu, namun kau masih diam dengan tatap. Kosong kedua matamu mengarah. Mungkin didalam sana kau menyimpan banyak luka. Atau mungkin sesak yang tiada tara.
Aku menatapmu lekat-lekat, ada aroma kesedihan yang ingin kau tumpah ruahkan. Namun tertahan karna gengsimu. Katanya lelaki tidak pantas menangis. Tidak keren. Lalu, ingin dipendam saja hingga sesak semakin membahana? Ledakan saja tangisnya. Tidak ada yang peduli bukan? Hanya ada aku dan kau. Tidak seorangpun yang lain. Bahkan angin pun tidak perlu ikut campur. Terlebih langit, ia jauh diatas sana, mana mungkin memerhatikan. Tenang saja.

Jangan kau sesali pamitmu. Sekalipun jangan. Aku masih kukuh dengan inginku; bersamamu. Jangan kau ratapi pergimu. Sekalipun jangan.
Karna aku masih bersikeras; ingin denganmu.

Bila musim berganti. Pun petang berubah kian gelap dari biasanya. Senja ku tertutupi langit pekat. Dan ternyata ini mendung, senja ku jadi tak terlihat. Aku merangkak meraih langit, mencoba menggulung mendung. Namun perlahan hujan turun. Kali ini mendekap tubuhku sangat dingin. Aku masih menunggumu sampai langit mulai terlihat sedikit cantik dengan jingganya. Lalu perlahan aku semakin memikirkan tentangmu. Tentang caramu berbicara, caramu tertawa bahkan marahmu yang kau buat-buat. Aku masih saja tertawa di bawah dahan kenangan. Jangan kau patahkan begitu saja. Aku masih nyaman.
Kau boleh pergi kemanapun kau mau. Jika kelak tak kau temukan pelangi setelah hujan, maka kembalilah. Langitku masih berlukiskan pelangi indah; seindah rindu yang kau getarkan. Jika kau berkenan, singgahlah walau hanya sepekan. Pelangiku masih tersusun sempurna. Tidak bertukar warnanya. Hanya saja semburat cahayanya mungkin telah memudar semenjak kau tinggal pergi. Sendirian di belantara jiwa ini. Hingga malam menjelma. Nyata.


Aku duduk melingkarkan kaki. Diatas meja telah tertumpuk sejumlah rasa, asa bahkan sendu yang meluap-luap mengelilingi sendu.  Entah akan diisi apa lagi kekosongan ini. Rindu sudah teramat padat. Benci pun rasanya terkalahkan. Berceceran membekas di atas meja. Hatiku masih tetap kosong. Lengang. Tidak ada yang berlalu lalang. Apalagi sekedar singgah walau satu malam. Bawa saja  Biar di isi hujan deras. Basah hingga tertumpah.

Hendak pukul berapa kau datang? Jangan buat aku menunggu hingga tengah malam. Dinginnya udara akan semakin menusuk-nusuk. Mantel ku tertinggal di jalanan. Jangan biarkan beku segenap darahku. Karna hujan tak lagi turun. Bahkan senja tak terjamah indahnya. Apalagi berharap pelangi datang.

Tapi tenanglah kasih. Tuhan selalu punya waktu yang tepat untuk membawa senja bertemu dengan pelangi.


Selasa, 01 November 2016

BUNGKAM

Biar aku terbungkam.
Terkunci rapat kedua bibirku.
Tak perlu kau mendekat.
Hempaskan saja amarahmu.
Biar aku dengar baik-baik caci maki itu.
Hingga aku tersisihkan dari kata yang ku agungkan.

Otakku masih dangkal.
Belum bisa bertindak benar.
Sama sekali tidak.
Tidak seencer otak para petinggi negeri.
Luapkan hingga rontok kata-katamu.
Atau musnah semua cacianmu.
Aku masih terbungkam.

Akulah manusia paling ceroboh
Memaksa argumen roboh
Menyela sudut keyakinan yang tidak kokoh
Hingga manusia ini terpaksa gontai dan tergopoh-gopoh

Kain tudungku biar melekat
Tidak usah kau copot nekat
Aku hanya ingin berangkat
Menjemput cita-cita yang ku ikat kuat
Di penghujung dermaga memikat

Belantara hati

Di Tengah malam.
Sudah terlelap semua cahaya.
Setiap pasang mata terpejam dipaksa.
Meredup seluruh asa
Yang belakangan berkecamuk dalam belantara jiwa.

Aku tersesat.
Di bawah dedaunan rimbun nan lebat.
Aku terkoyak.
Di terpa buasnya sebuah perasaan.

Belantara masih teramat menakutkan
Untuk jiwa yang kerap mendamba rindu.
Lebat rerumputan masih terlalu gersang
Untuk hati yang seringkali menyuarakan teduhnya sendu.

Aku memilih berdiam diri
Sampai ada yang bisa mendengar suara hati.
Dan kau? Kemana saja?
Meninggalkan ku sendiri ditengah belantara ini.
Kau pikir mudah menelusuri jalan tanpa alat penerang?
Hari sudah hampir petang. Dan kau masih belum datang.

Rabu, 19 Oktober 2016

Merayu Tuhan

Kita tidak perlu saling menjanjikan apapun. Aku berdo'a sekuat tenaga, kau berdo'a semampumu. Agar nantinya Tuhan dapat kita rayu. Untuk mengubah alur yang kita mau. Tidak terkesan memaksa, tetapi hanya berusaha. Kalau saja lusa Tuhan terbujuk rayuanku pun rayuanmu. Kembalilah.

Aku tidak mau sok tau dalam menentukan alurku sendiri, aku tidak mau seenaknya mengatur ritme hidupku. Aku hanya ingin merayu Tuhan. Memohon dengan senyum manis
dan tangis tipis. Aku tidak mau histeris dan dramatis. Biarkan Tuhan yang atur seminimalis mungkin. Biar rapih dan enak kelihatannya.
Aku tidak dapat menjanjikanmu apa-apa. Tidak dapat memastikan aku akan kembali dalam waktu cepat. Tidak dapat memastikan hatiku masih seutuh pertama kita bertemu. Tidak bisa. Aku tidak bisa berjanji. Aku sedang berusaha, berdo'a sembari merayu Tuhan. Sehingga Tuhan berikan aku waktu untuk bisa menemuimu, berikan aku hati yang masih utuh dan kokoh kecuali jika kau yang menghantamnya.

Masih dengan perasaan yang sama terhadap orang yang sama. Aku mencintaimu jauh sebelum aku menduganya. Aku mencintaimu sejak awal kita bertemu. Dalam lembutnya tuturmu. Hingga aku sendiri yang memutuskan untuk mencintai senja seperti aku mencintai diriku sendiri. Aku tidak tahu apa maksud Tuhan terlambat menghadirkanmu. Aku pun tidak samasekali tahu apa maksud Tuhan membuat perasaanku lebih cenderung ke arahmu. Yang aku tau, kau mampu merebut separuh hatiku lalu separuh lagi kau rebut perlahan dan hati-hati. Kini habislah sudah kau bawa pergi. Aku tidak mempermasalahkan itu. Aku senang seluruh hatiku ada di genggamanmu. Setidaknya kutitipkan sebentar. Lalu kau akan mengembalikannya kelak sekaligus bersama dirimu. Itu sebait do'aku kepada Tuhan.
Kali ini aku dibuat sesak dan sakit. Bukan semata-mata Tuhan tidak sayang aku. Tapi Tuhan selalu punya jalan terbaik; yang tidak pernah kita tahu.

Pergilah, aku sama sekali tak memberatkanmu. Kejar apa yang seharusnya kau kejar. Karna kelak kau akan menopang yang lebih besar dari ini.
Berlarilah, gapai segala mimpi-mimpi yang sempat kau curahkan kepadaku. Ditengah malam sepi. Saat semua orang sibuk dengan mimpinya. Kau justru asik bercerita denganku.
Aku disini masih merapatkan kedua tanganku sambil mendongakan kepala. Merayu Tuhan. Agar kau bahagia; setidaknya bersamaku.

Aku tidak mau ceroboh untuk yang kedua kalinya. Aku hanya jalani apa yang Tuhan beri tanpa protes. Karna Tuhan tahu mana yang terbaik untukku. Aku percaya, aku akan bahagia dalam dekapan yang tepat. Bukan dalam tangis dan sesak; setidaknya bersamamu.

Sudah berapa hari kau pergi? Menghindar dariku. Menghilang dari kehidupanku. Aku seperti kehabisan energi, seperti kehilangan separuh hatiku. Aku tidak nafsu makan, bahkan aku sering memarahi siapa saja. Itu karna kau telah mengambil sebagian lainnya. Entah seperti apa caranya. Aku pun tidak tahu jelas. Yang aku tau semenjak kau pergi. Aku jadi kehilangan diriku sendiri, menjadi orang lain dengan amarah yang sulit dikendalikan.

Seminggu yang lalu. Ketika kau bilang bahwa ini yang terakhir kalinya kita bertemu. Aku jadi serba salah mengatur perasaanku. Aku jadi kebingungan menentukan arahku. Kau buyarkan harapan yang sempat aku pahat sendiri. Bersama ribuan rindu tajam. Dan sayatan sendu nan merdu namun gaduh. Aku menggapai rindu yang perlahan jatuh dari tangkai pertahananmu. Aku lihat rindu menumpuk disana. Namun akhirnya tuntas seketika. Kau jatuhkan satu persatu. Memintaku untuk mengambilnya, lalu merasakan setiap rindu berbeda irama. Ada satu rindu yang paling menggebu. Bahkan tersayat jiwaku mendengarnya. Aku terdiam dalam dekapmu kini.

Selalu ada gemuruh dalam hati yang tak mampu kukendalikan seutuhnya. Hanya mampu kuseimbangkan intonasinya tanpa merubah riuh harmonisasi yang ada.

Malam memang selalu jadi moment yang pas untuk bertemu. Teduhnya cahaya rembulan dan kerlap-kerlip bintang menambah ketenangan dijiwaku. Angin semilir menemani pertemuan pertama dan terakhir kita--katamu. Tahun ini memang musim hujan, hujan tidak bisa diperkirakan menggunakan perasaan. Aku berharap tidak turun hujan malam ini, karna aku punya janji menemuimu.
"Kira-kira malam ini hujan tidak ya?" ucapmu.
"Malam ini tidak akan hujan. Tuhan mengijinkan kita bertemu." aku meyakinkanmu.

Kita punya banyak kesamaan. Dari mulai makanan hingga group vocal favorit kita. Aku sangat suka Sate padang begitupun denganmu. Aku menggemari beberapa lagu karya Band asal Jogjakarta; Sheila on 7. Dan ada 1 lagi, kita sama-sama mengagumi kata. Kita mampu menuangkan segala gundah dan bahagia dalam kata. Kau ingat kita pernah berbalas kata? Kau sebutkan satu kata, lalu aku rangkai seindah yang kau mau. Begitupun sebaliknya. Aku sebutkan satu kata dan kau rangkai sesukamu. Aku selalu suka rangkaian katamu. Tidak ku sangka kau bisa seromantis ini.
Sekalipun nanti kau pergi, aku masih selalu ingat ritual rutin yang kita lakukan setiap hari. Kita selalu asik bercumbu dengan kata. Seperti katamu; selama kata masih mengalun indah di dirimu maka tidak ada jenuh bagiku.

Kemelut di jiwaku masih sama. Aku tidak nyaman dengan seseorang yang terlanjur Tuhan beri. Aku sesak menahan perasaanku. Aku menangis setiap malam seringkali mengingatmu. Menyesali keputusanku. Namun nyatanya aku harus tetap jalani. Karna aku yang sudah memilih. Ku akui aku sangat ceroboh. Akan kuperbaiki semua ini. Tapi aku tidak bisa berjanji. Biar Tuhan yang beri aku waktu.
Aku ingin kau dekap erat sekali saja. Menangis di pelukmu sembari menceritakan kegundahanku. Aku benar-benar penat. Bawa aku pergi. Dari bisingnya dunia ini. Aku hanya ingin bersamamu; mendongakkan kepala, merapatkan kedua tangan sembari merayu Tuhan.

Sabtu, 15 Oktober 2016

Nomormu masih yang lama kan?

Aku mencintai seseorang hari kemarin. Namun tidak untuk hari ini. Ketika aku memutuskan mendongak pada langit. Melihat secercah kebahagiaan yang terlukis disana. Langit melukis wajah tampanmu. Membuat aku lupa akan cinta yang kutanam kemarin pada seseorang yang berbeda. Aku seolah terdiam. Masih dengan langit cerah. Seolah mengisyaratkan ada harapan yang bisa aku gapai pada orang sepertimu. Aku kembali beranjak dari zona ku. Menyusuri teka-teki yang telah Tuhan buat. Mencoba memecahkan ragu yang berkecamuk dalam hati. Meyakini perasaan terdalam bahwa cinta sesungguhnya tidak bisa dipaksakan. Aku jenuh. Risih. Tidak sanggup menahan sesakku. Sudah penuh luka sepertinya. Namun kau menyadarkanku bahwa takdir tidak mungkin kita lawan. Kita hanya mampu berdo'a sekuat-kuatnya hingga alam dengar rintihan kemelut dalam dada. Aku menahan sesakku sama seperti menahan inginku merubah takdir. Sakit rasanya. Bergejolak bagaikan air mendidih. Merusak seluruh nyamanku. Membuat fikiran tak menentu.
Aku mungkin tidak bisa melawan takdir. Aku pun tidak mau sok tau dalam menentukan jalan hidupku. Namun kau selalu bilang kekuatan do'a itu tiada duanya. Aku berjanji padamu akan terus berdo'a untuk segenap rasa yang selalu kualunkan dalam rindu, kubenamkam dalam sendu. Hingga sesak semakin berkurang karna kau mampu mendekapku dengan sekumpulan asa yang kau miliki. Kau yakinkan bahwa Tuhan tidak akan mungkin membuat kita sakit dan sesak. Aku percaya itu. Sejak kau dekap aku.

Malam semakin dingin. Aku semakin resah menunggumu. Entah apa yang kufikirkan sedari tadi menunggu. Khawatir kau kecewa pada wajah asliku atau mungkin kau akan berlari begitu tahu aku tidak sesuai harapanmu. Namun tidak. Kau bukan tipikal perayu. Yang dengan mudahnya membuat kedua pipiku merah. Namun kau hanyalah manusia yang berucap tulus atas apa yang kau rasa.

Kini, kita sudah ada dipinggiran kota. Berbincang hangat. Tertawa, bergurau bahkan kau sesekali meledekku. Aku memang selalu tersipu jika kau yang bicara. Entah binar apa yang nampak dipelupuk matamu. Membuat aku kecanduan akan hal itu. Aku menatapmu. Tidak bosan sedetikpun. Kau pun menatapku. Tersenyum seperti mengisyaratkan sesuatu.
"Apa yang hendak kau utarakan? Katakan saja aku ada disini untukmu" kau berucap seolah tahu bahwa ada yang aku pendam sendiri. Aku tersenyum hangat menatapmu. Memeluk erat bola mata yang menusuk dan menggelinding di relung hati. "Kumohon singgahlah sebentar lagi. Katakan padaku bahwa kau tidak ingin melepaskanku" kedua mataku berkaca-kaca. Kau nampak sedikit terharu melihat raut wajahku yang berubah. "Aku tidak mungkin singgah lagi. Aku akan pergi. Melepasmu bersama lelaki pilihanmu. Karna jika aku mencintaimu aku tidak akan mungkin tega memperpanjang waktu singgah ini dan membuatmu semakin kebingungan nantinya."
Dalam hatiku menangis. Ingin aku teriak sekuat tenaga. Namun aku tahan hingga sesak semakin menghujam. Mungkin memang aku yang salah. Aku yang ceroboh. Terlalu cepat mengambil keputusan hingga aku sendiri yang kebingungan. Dan kau, tidak samasekali salah. Kau hanya membuka jalan lebar agar aku bisa memilih. Ini belum terlambat. Masih ada banyak waktu. Aku belum sepenuhnya mutlak memilih lelaki itu. Aku masih punya sejuta cara untuk berdo'a agar kelak jika Tuhan mengijinkan aku bertemu denganmu lagi, maka tidak akan pernah kulewatkan kesempatan terbaik dari Tuhan.
Kau boleh saja pergi. Namun cinta tahu kemana dia akan berlabuh. Berlabuh di dermaga kerinduan yang sesungguhnya pun menentramkan hati.

Dan kini, sesaat setelah kau pergi. Aku seperti kehilangan separuh hatiku. Mungkin tidak sengaja terbawa olehmu. Tersimpan didalam saku celanamu. Dan kau ambil jika kau juga rindu.

Aku akan menghubungimu, nanti. Nomormu masih yang lama kan?

A. Yunanda

Kamis, 13 Oktober 2016

Aroma Senja

Aroma basah tanah tercium dari kejauhan. Dedaunan mulai gugur perlahan jatuh hingga terendam. Basah. Dan mengalir semaunya. Sampai akhir perjalanannya, hujan masih bertahan dengan rintik-rintik, aroma tanah masih sangat khas terasa. Beberapa debu tersisa beterbangan menghindari hujan. Mencoba menjangkau daun yang masih tegap pada tangkai, namun ternyata jatuh juga. Debu hilang arah, hingga ia basah bersama tanah yang lainnya. Bergumpal hingga menyatu lalu terpisah dari kerangka aslinya. Berbincang dalam--sampai hujan paling deras menenggelamkan hingga terpisah.

Entah apa yang hendak Tuhan berikan sore ini setelah hujan. Entah apa yang hendak Tuhan tunjukan setelah daun berguguran.
Sekejap saja hujan reda, namun tetesnya masih mengalir diujung daun kering mengenai kelopak mataku yang sedari tadi rindu akan tangis, ini hanya sekedar membasahi agar tidak terlalu kusam, agar lebih ringan nantinya.
Kali ini aku terdiam. Melihat sebaris warna indah sore hari menjelang malam. Lebih indah dari aroma tanah setelah hujan, lebih indah dari dedaunan yang ikut basah mengalir deras dan tentunya lebih indah dari hujan itu sendiri. Sebut saja ia senja; hangat jika aku menatapnya, teduh jika aku merengkuhnya. Aromanya merindukanku, seperti secangkir kopi favorit siapa saja, hangat dan sangat mengesankan.

Aku jadi suka senja, entah siapa yang memulai, namun rasanya aku selalu ingin bernafas tenang ketika senja membersamai. Aku rasakan aroma kebahagiaan yang sesekali Ia tunjukan pada menit terakhir.
Pada sisa-sisa redupan matahari yang hampir tenggelam, pada tetesan akhir diujung dedaunan hingga aku yakini tidak ada yang lebih pantas bersama senja selain diriku sendiri. Sampai senja menjelma, bak seorang manusia dengan kehangatan yang tiada hentinya.

Petang me-matang

Kita punya janji. Bertemu saat petang tiba, dikediaman alam Tuhan, lalu bergurau sesuka kita. Kau bergegas menghampiriku, memastikan bahwa ini akan menjadi kenangan yang tidak akan mungkin kau lupakan. Hingga nanti, kita bertemu lagi.
Sorotan lampu senter kau arahkan tepat diwajahku hingga mengenai kedua mata. Ini masih sangat petang. Buang saja itu alat penerang. Agar bimbang tidak semakin bergelombang. Atau waktu kita akan semakin hilang. Dimakan ulat dedaunan, atau semacam hama tanaman. Petang tidak selalu sirna, ia masih terang dengan kunang-kunang bahkan cahaya mata orang-orang. Kita berjalan menyusuri petang, belum ada tanda-tanda malam datang, hanya segaris sunset ditengah sawah pematang. Sunset belum habis, masih terang dan bimbang untuk tenggelam. Kau berjalan masih seirama denganku, kaki kananmu beriringan dengan kananku. Seirama namun tetap saja pandangan kita berbeda, kau mendongak terpukau pada senja yang awet, aku tertunduk memerhatikan jalan, khawatir kita akan salah arah. Petang sunyi. Sunset semakin turun jauh. Dan kau semakin riuh, Meneriaki sajak kampungan disisa waktu. Mengatur bait yang tidak beraturan. Sesukamu. Walau berantakan. Tapi aku suka. Petang jadi tidak terlalu sunyi. Karna kau bergumam sendiri. Sambil sesekali menyikut lenganku. Lalu aku tertawa bersamamu.
Kita hampir sampai, pada tujuan yang semestinya. Tepat sekali ketika sunset benar-benar habis dan kau malah menangis. "Tenang saja, petang masih ada esok hari dan hari-hari berikutnya" aku menenangkanmu agar tidak semakin terisak, namun kian menjadi. Jika kau menangis, menangis dan terus menangis, kita akan terlambat sampai di perapian rembulan, kau akan kedinginan nantinya. Pegang saja tanganku agar kau tidak tersesat.
Aku rasakan bahuku semakin basah karna ulahmu. Raut wajahmu berubah. Suaramu kian parau. Seperti kehabisan energi. Kau menangis sih, coba jika kau diam saja. Tutup mulut. Dan tenang didekapku. Mungkin kita akan lebih cepat sampai di perapian rembulan. Tetapi tidak apa lah. Asal kau tidak merengek meminta sunset untuk kesekian kalinya. Aku kesulitan jika harus hadirkan sunset dibawah sinar rembulan. Dan kau harus memahami itu.

Perapian rembulan nampak lengang, tidak ada suara gaduh, kau tidak lagi merengek meminta sunset dikala petang. Hanya ada aku, kau dan sepucuk petang mematang.
"Bisakah aku menikmati petang yang lain bersamamu?" perempuan kecil itu tersenyum haru menatapku. "Tentu saja." Aku mengangguk.

Kamis, 22 September 2016

Kopi [2/2]

Gemuruh angin kencang menambah riuh. Gundah dihatiku semakin merambat jauh. Aku tersudut dikeheningan malam menunggu rindu. Menghempaskan seluruh tubuhku di perapian rembulan, menambah hangat keadaan hati. Lalu aku bersandar menghampiri. Hingga saatnya nanti, kau yang biarkan aku pergi.
Setidaknya aku masih bisa bertukar cerita pada sendu. Bukan lagi dirimu yang berpindah dari titik singgah yang kau setujui. Atau mungkin dari arah yang akupun tak tau. Hingga lekat dalam cangkirmu seketika bersih tak berpenghuni.

Terasa dingin malam itu, aku jadi serba salah menempatkan diriku.
Aku mendadak melamunkan kopi, kebiasaan burukmu setiap pagi. Kau racik sendiri sesukamu, biar enak rasanya katamu. Padahal nyatanya kopimu tetap saja pahit. Sepahit rindu yang sesakan dada. Melambungkan asa berurai kecewa. Sampai aku tak sanggup memikul banyak hal. Hingga akhirnya kopimu yang menertawakanku disela-sela cangkir terdalam.

"Ada satu hal yang mampu diungkapkan oleh kopi namun tidak bisa diutarakan oleh hati" ucapmu diujung kepahitan tetesan terakhir kopimu. Aku tersontak menatap ragu kearahmu. Namun kau alihkan pada sisa-sisa kopimu. Aku diam saja, tidak mau berkomentar. Biar kopi yang ungkapkan semuanya.

Dipinggiran gelas bekas kopi; tersirat kelam rindu mengubah warna. terbesit dalam benakku secangkir kosong ini akan kuhilangkan ampasnya, namun kau melarangku. "Biar aku saja yang tau seberapa pekatnya cangkirku" kau merebut pelan dari genggamanku. Seolah kopimu bukan untuk dinikmati sembarang orang.

Ini semua tentang rindu, tentang kopi yang kau nikmati sesaat sendu. Tentang kopi yang selalu tau isi hatimu. Bukan lagi aku. Atau bahkan diriku. Hanya kau, kopimu dan juga dirimu.

Gemuruh hilang, berganti hujan. Menambah kelam suasana ditengah malam. Gemericik air tertumpah ruah menggenangi kedua pipiku. Rintiknya menghentakkan jiwa, merenggut sisa-sisa kesal dalam ampas cangkir keduamu. Kau masih melanjutkannya bersama hujan, menghidangkan secangkir berbeda untuk sendu selanjutnya. Namun masih pekat dan pahit tentunya. Aku geram, tak jua kau bersihkan, tidak samasekali kau hilangkan ampasnya. Sampai hujan reda, dan amarahku menipis, kau masih saja merayu mesra kopimu, memeluk lengkungan hangat ujung cangkir itu, Sampai tak tersisa. Habis. Namun masih berpenghuni.

"Aku tidak akan membiarkannya kosong tak berpenghuni hingga kau benar-benar pergi setelah kau cicipi kopiku"

Kamis, 15 September 2016

Berdamai Dengan Hati

Aku dibalik layar saja. Menatapmu hangat. Memerhatikanmu sembari tersenyum. Biarkan aku tidak usah mencampuri segala urusanmu. Aku akan diam mengamati secara detail dan membiarkanmu menikmati setiap detik yang kau jalani.
Tidak pernah terlewati sedikitpun, aku tau siapa saja temanmu, siapa saja yang kau sapa, betapa santunnya kau. Terlebih ketika kau sapa erat diriku kala itu.

Aku sudah berdamai dengan hatiku sendiri, membuang luka hati yang tertancap dalam, lalu kubiarkan udara masuk sesuka hati, agar kering bekas lukanya. Kau tak pernah tau bagaimana sulitnya aku berdamai dengan hatiku sendiri. Seringkali ia berontak tak ingin beranjak, namun aku paksa hingga hati memanja didekapku lalu kami berdamai dengan ikhlas. Sebenarnya ada kisah yang sulit aku lupakan perihal dirimu; ketika kau dengan mudahnya selalu menyanjungku, aku tersipu. ketika kau selalu ingin memujiku, dan aku terbenam malu. Ada banyak alasan mengapa aku memilih berdamai dengan hatiku sendiri, karna aku tidak mau melewatkanmu--walau sedetikpun.

Seperti halnya hujan, ia selalu berdamai dengan mendung, walaupun sebenernya ia tak suka. Jika aku jadi hujan, aku tak mau disandingkan dengan mendung, akan takut semua pasang mata menatapku, aku akan lebih memilih disatukan dengan mentari; sekalipun hujan membasahi namun akan tetap hangat. Tapi kenyataannya hujan harus disandingkan dengan mendung dan hujan harus mau berdamai dengan hatinya dan juga mendungnya. Hingga hujan dan mendung bisa memberikan yang terbaik untuk dunia dan seisinya.
Sama halnya dengan perasaan, ketika Tuhan tidak samasekali menggariskan sesuatu yang bukan untukku--aku harus bisa berdamai ikhlas dengan hatiku sendiri. Seperti hujan yang terbiasa dengan mendungnya, hingga ia nyaman sekali.

Aku berdamai dengan hatiku sendiri. Memilih singgah dan memutuskan untuk tetap jadi bagian hidupmu walau hanya sekecil kelereng, karna Tuhan metakdirkan aku untuk menjalaninya, menikmatinya sampai diantara kita tidak saling menopang beban berat. Memikul kenangan banyak. Kita hanya tulus dalam perasaan, selanjutnya jalani dengan ikhlas dan aku siap jadi bagian yang tidak begitu penting dalam hatimu.

Dan ketika aku mencoba berdamai dengan hati, kau nampak semakin kuat dihadapku, memelukku bagaikan kelereng kecil tak berdaya. Sudah tidak ada apa-apa diantara kita. Kita hanya pernah saling mencinta, namun Tuhan hanya inginkan kau peluk aku sekedarnya saja. Perasaan yang aku punya biar jadi pegangan disaat aku rapuh, dan aku akan mengingatmu dengan tepuk tangan paling kencang.

Sampai saat ini, kau harus tau. Aku belajar berdamai dengan hatiku sendiri dari "Hujan" dan "Mendung" .
Aku belajar menyimpan rasa dalam dari "Hujan" dan "Mendung", ketika mendung memendam gelapnya, hujan senantiasa mengguyur deras hingga mendung terlihat sangat lega dengan perasaanya.

Boleh jadi esok aku lebih ikhlas lagi, dan kita tetap jadi teman baik kan? Dan kau akan jadi bagian terhebat, lebih besar ukurannya dibanding kelereng dan lebih hebat perannya dalam hatiku. Sampai saatnya tiba nanti, entah perasaan ini melebur atau bahkan kian bertambah.

Aku sudah sangat mengetahui isi hatimu; Kau teramat sendu jika mendengar alunan kata merdu, kau teramat sulit menghapus pelangi yang ada dihatimu, kau terlalu banyak menyimpan rahasia tentang perasaanmu hingga akhirnya rindu yang utarakan itu semua. Dan kau punya satu keinginan yg sama denganku, ingin lewati satu malam saja untuk temui terakhir kalinya dibatas kepura-puraan hatimu (juga hatiku).

    "Akan kuberikan satu tempat paling depan untukmu nanti melihat aku menjadi yang kau do'akan pada Tuhan, karna aku mampu berdamai dengan hatiku sendiri dan berdamai ikhlas bak hujan dan mendung"

K A T A

Gemetar seluruh tubuhku. Menulis bagian untukmu. Tentang perasaan yang masih kusimpan rapat. Tentang khayalan yang masih ku ikat kuat.
Berputarlah isi kepalaku. Memberanikan diri dihadapmu. Ucapkan kata yang sempat aku buang dari muka bumi. Membuat hati tak menentu jadinya.
Bolehkah sekali saja aku temui? Walau mendung dan gelap
Bolehkah aku sekali saja memaksa?
Meski kau tak suka nantinya.

Ingin rasanya kutarik jemarimu, terikat kuat dengan jemariku lalu kuajak kau pergi meninggalkan kepenatan dimuka bumi. Walau hanya separuh waktu. Hingga ribuan pasang mata menatap sunyi, beradu pandang dan tertabrak argumen sendiri. Aku tak peduli berapapun waktu yang kau miliki. Bersediakah menikmati separuh langit bersamaku?

Kita terlanjur ada disudut kota, menghabiskan separuh waktu yang mungkin tidak akan terjadi esok hari. Kita terlalu kuat menatap alunan malam, hingga kau terpaksa bermalam bersama ribuan bintang.
Pada malam itu, akan kuceritakan padamu tentang semua yang pernah terjadi diantara kita, tentang apa saja yang pernah terjadi didalam hatiku. Biar kugenggam erat cerita yang pernah aku utarakan pada Tuhan, hanya aku dan ribuan kata yang tau. Untuk Tuhan? Sudah jelas Tuhan pasti tau, tidak perlu kusebutkan lagi. Karna Tuhan mutlak tau seluruh bagian ceritaku.

Hingga saat ini, ketika awal aku mengagumimu sampai aku jatuh hati, aku masih bercumbu dengan kata. Seperti yang kau bilang; jika kata masih mengalun indah maka tak ada jenuh bagiku.

Rabu, 14 September 2016

K O P I

Aku selalu merasa tidak enak sehabis minum kopi. Jantungku selalu berdebar tiap kali mencicipinya. Perlahan, aku jauhi karna kurasa justru membuat kesehatanku terganggu.
Aku bukan pecinta kopi, aku hanya sesekali ingin mencobanya. Tapi sesudahnya justru jantungku berdebar makin cepat. Entahlah ada kandungan apa dalam kopi ini, adakah gelombang-gelombang cinta yang seketika merasuk kedalam tubuh hingga sampai ke jantungku? Bahaya jika memang begitu, kemungkinan paling tepat adalah "aku jatuh cinta pada si pembuat kopi".  Tapi bukan cinta namanya jika aku saja tidak tau wujudnya, Anggap saja ini kemungkinan paling dekat. Tidak ada yang tau bukan bahwa aku bisa jatuh cinta semudah itu hanya karna detakan jantung pertama? Lupakan saja tentang si pembuat kopi. Aku pun tak kenal samasekali. Dan kau pun tak usah memikirkannya.

Kopi adalah minuman paling romantis, kopi memiliki daya tarik; karna kopi mampu membuat aku berdebar-debar. Yang aku tau jantungku berdebar hanya karna cinta. Namun ini hanya secangkir kopi, sangat mustahil bukan? jatuh cinta pada kopi; kumpulan air berwarna dan berasa. Apa yg istimewa? Apa yang membuat aku berdebar?

Dipersimpangan jalan, aku bertemu penikmat kopi dikala senja. Ia menyeruput kopinya perlahan, tanpa khawatir akan berdebar jantungnya. Kuperhatikan lekat-lekat namun ia kian nyaman dengan kopinya. Tanpa peduli siapa yang memerhatikannya. Teruslah berlanjut hingga hari-hari berikutnya, masih tetap sama; dengan secangkir kopi dikala senja. Kau seruput habis tanpa tersisa setetes pun. Bagaimana mungkin ia baik-baik saja? Apakah jantungnya masih aman?
Aku bagaikan cangkir kosong yang ragu menawarkanmu kebiasaan lain selain kopi. Aku masih kosong--tidak tau akan diisi apa, ya setidaknya aku tak ingin siapapun selain aku merasa berdebar jantungnya. Habis hidupnya. Lenyap jiwanya.

Suatu senja, kubawakan secangkir teh digenggamanku, namun kau terlalu nyaman dengan kopimu hingga aku masih bersembunyi, aku buang secangkir teh pengobat candumu karna aku takut kau justru menolak penawaran ini--karna kau begitu mencintai kebiasaanmu.

Namun semakin lama aku tau kau teramat mencintai kopi, tidak bisa diganti dengan yang lain.
    "Apakah jantungmu baik-baik saja?" tanyaku khawatir dengan suara sedikit parau. Kau mengangguk tersenyum menatapku. Jantungku berdebar, ini lebih cepat dari biasanya. Mengapa bisa? Sudah tidak kuminum lagi kopi itu. Lalu mengapa jantungku masih berdebar kencang? Apakah aroma kopimu terlalu menyengat? Kurasa ini lain cerita. Kau seruput habis kopimu hingga senja nampak indah dipelupuk mataku. Dan aku tau kini; degupan jantung pertama kala aku menikmati kopi tidak ada apa-apanya ketika kau tuangkan habis kopimu. Dan bukan kopi yang membuat aku berdebar dan jatuh hati, namun sang penikmat kopi dikala senja menjelang.

Jumat, 09 September 2016

Sekali saja

Coba kutatap sebentar wajahmu. Kupinjam dulu kedua matamu untuk kupandang. Bolehkah? Entah bagaimana nasibku jika kau tidak mengizinkannya; walau sedetik saja.  Atau boleh jadi aku akan mencuri pandang diam-diam, tanpa sepengetahuanmu. Jika kau berbalik, aku buang muka. Menikam segenap rasa malu. Lalu kubiarkan merah pipiku. Dan kau tersipu-sipu.

Sebenarnya kita saling merasa, ada cinta yang menghimpit dijiwa. Mendobrak habis perasaan yang terkurung dalam sendu. Akan kuhancurkan secepat kilat. Dan aku membebaskanmu kini.

Kupersembahkan sepotong langit. Untuk temani sang rembulan. Menghiasi malam angan. Bersama mimpi yang temaram. Hingga hatimu dan hatiku menyatu bersemayam.

Sepotong langit untuk kita berdua. Membentang bersama bintang. Biarlah indah, hingga kau menengadah dan menatap langit persembahanku.

Malam itu kita menatap langit penuh bintang, Kau bilang jika ada bintang jatuh maka apapun yang kita inginkan akan terkabulkan. Aku tidak percaya bintang jatuh. Karna ribuan bintang ada dibola matamu; Bersinar terang. ingin sekali kucongkel dan kupeluk hangat. Sampai bintang benar-benar redup dan hilang dalam dekapanku.

Sepotong langit yang kuberikan sebagai penawar sepi untuk lengkapi kosongnya puzzle jiwamu. Dan akan kugenggam erat kau, bersama denganku--Menyaksikan sejarah terukir. Untuk sekedar menyalahi takdir. Hingga saat rembulan tak tersisa. Dan sebagian langitku hampir habis tak menyisa.

Izinkan aku bertemu denganmu sekali saja. Bolehkah? Untuk melampiaskan amarah dijiwaku. Rasa cinta yang kupendam dalam. Dan sedikit memarahimu tentang jalan yang salah kita tentukan.
Bolehkah?

Kumohon... sekali saja-

Kamis, 08 September 2016

Memaksa rindu

Kamu tidak perlu tau bagaimana aku menyukaimu. Kamu tidak perlu tau seperti apa aku merindu. Bahkan kau samasekali tidak perlu tau berapa banyak waktu yang aku lewatkan untuk sekedar melamunkanmu.

Hanya saja, aku merindu namun yang dirindui tak merindukan. Aku paham tidak selamanya rindu dibalas rindu pula. Ada kalanya ketika rindu berbuah pahit, dan menyakitkan.

Aku memikirkan jalan mana yang harus aku tempuh. Karna celah merindu terlalu banyak. Aku tak mampu menghindarinya. Hingga saat ini ketika aku rindu dan kau tidak tau; samasekali tidak mengerti arti rindu yang sesungguhnya. samasekali tidak paham tentang cara merindu. Kau hanya cuek dan menyangka bahwa aku hanya bergurau.

Aku tidak bisa mendeskripsikannya--tentang rindu dan cinta yang aku tanam jauh sebelum senja tenggelam. Tentang perasaan yang harusnya aku ungkapkan di setiap pagi sesaat matahari muncul.
Aku terdiam, mencari jalan keluar atas rindu yang kutuai sendiri, atas cinta yang kubenamkan dikala malam sepi.

Aku menerobos dinding-dinding kuat rindumu, memaksa masuk dan berharap kutemui secuil rindu yang sekusam penantian. Barangkali ada secarik pesan yang kau tinggalkan didalam dinding tebal kepura-puraan.
  Aku hanya butuh rindu, tidak denganmu. Akan kurampas segenap belenggu ditubuhmu, membebaskan rindu yang menjadi tawanan selama puluhan tahun. Tidak dihatimu, namun disetiap sudut titik syaraf yang kau simpan rindu. Aku tidak ingin menelusuri lebih dalam situasi didalam hatimu, aku hanya butuh rindu; tidak denganmu, ataupun hatimu.

Biar kuperjelas lagi, rindui aku atau akan kurenggut nafasmu. Akan aku perkuat lagi, Merindulah! atau aku akan menyengsarakanmu!

Jumat, 02 September 2016

Bukan lagi tentang merindui dan dirindukan, tetapi melupakan pun merelakan.

Sebait puisi tentang hati yang aku buat ditengah malam sepi. Hati menerobos sepi mengoyak seluruh kebimbangan yang tersirat pada malam. Keheningan menembus jejak sunyi terbesit satu kata yang kuartikan dalam rasa penuh keraguan. Aku ingin beranjak, memilih jalan sesukaku. Memutar balik arah jika aku memerlukannya. Menyalip bisingnya keramaian jiwa penuh suara.
Sisa-sisa kenangan yang telah habis akan kujadikan alur terindah semasa aku hidup. Dan menyeimbangkan irama gerakku yang terbatas. Aku terlalu payah jika harus memastikan bahwa hanya aku yang ada dalam relung hati terdalam didirinya.

Bukan lagi tentang perasaan--merindui bahkan dirindukan. Tetapi melupakan pun merelakan. Aku dan dirinya hanya perlu waktu agar bisa memahami bahwa tidak semua syair memiliki makna. Ada banyak yang sulit diartikan oleh akal sehat.

Karna jika aku bicara soal perasaan, akulah orang paling perasa sepanjang masa. Hampir kosong isi otakku hanya karna rasa. Seakan sulit berfikir cerdas.

"Tuhan telah berikan pelangi dalam langitmu, namun kau cari warna lain yang tidak biasanya tampak" sesekali aku terhentak. Berfikir sekuat tenaga, kuhilangkan rasa yang menjadi kemelut dalam jiwa.

Angan hanya akan tetap menjadi bayang semu. Tidak akan mudah kau merubahnya, lalu kau gapai sekuat-kuatnya--tidak! sulit sekali.
Aku hanya pernah menjadi sandaran seseorang. Memastikan aku telah menjadi yang terbaik, lalu pergi, hilang dengan sejuta alasan.

"Terlalu singkat untuk meyakini diriku, karna perjalanan sesungguhnya dimulai dari hujan reda. Sampai pelangi benar-benar terlihat sempurna"

Hanya mengagumi tanpa pernah tau dimana batas akhirku. Ini seperti perjalanan tak tentu arah, menelusuri ruang kosong dibumi, mencari jejak tertinggal, tanpa bantuan penunjuk arah sekalipun.

Menyerah adalah jalan satu-satunya. Karna aku lelah jika harus mencari tanpa dicari. Hingga aku pilih jalan sesukaku dan memutar balik arah semauku tanpa pernah orang lain tau.

Rabu, 31 Agustus 2016

[JEDA]

Kita adalah jalan yang tidak Tuhan takdirkan. Kita memaksa hingga Tuhan kesal. Berjalan semaunya, mengatur perasaan seenaknya, terbelenggu dalam ruang kedap cahaya. Gelap. Tak nampak sesuatu yang kau sebut rasa. Hanya bisik sesal yang tersisa. Lalu menyambar bak petir, menyerupai kilat yang sekilas persis lampu kamera; kau bayangkan ia merekam setiap kenangan yang kau lalui, memotret bayang-bayang indah yang tidak mungkin kau lupakan, namun ingin sekali kau luapkan. Pada malam. Hening sendirian.

    "Sudahkah kau tau berapa banyak kenangan yang mampu ia simpan?" kau berbisik seolah tak ingin ada yang mendengar.
    "Sesuka hatiku, bahkan ketika aku meminta ia menyimpan ribuan kenangan sekalipun" aku berbicara bagaikan ratu pemilik alur.

  Kemarin hanyalah sebait cerita yang kau perjuangkan dihadapku, segenggam harapan yang tak ingin kau lepas hingga kau mendapatkannya. Biar saja Petir menyambar semaunya, "Aku tidak peduli biarkan aku mengukir indah hingga sebelum kau pergi." tuturmu lembut.

   Bisakah kau singgah sebentar saja? Menemani hingga cahaya benar-benar datang, lalu aku pergi membiarkanmu dalam gelap sampai kau temukan sendiri cahayamu.

   Ini bukan saatnya kau menggenggamku terlalu erat, karna nanti kau yang akan melepaskannya sendiri. Aku hanyalah jeda yang kau anggap alur tetap. Menetap sebentar dihatimu lalu pergi tanpa bekas. Kau akan mudah melupakan. Merelakan. Dan akhirnya menganggap aku jeda sungguhan. Alur yang kita jalani nikmati saja, Tuhan selalu punya sejuta cara untuk menyatukan bahkan memisahkan.
  
  Aku berhenti persis seperti jeda, berhenti ketika hujan, lalu pergi setelah reda pas sekali ketika cahaya muncul diujung waktu. Aku berhenti meyakini bahwa kau adalah yang terbaik. Aku benar-benar menjadi jeda saat waktumu habis. Saat kau temui rasa lain yang mampu membuatmu beranjak jauh. Dan aku pergi dengan rasa yang kutemui sesaat kau hilang. Tanpa bicara. Lenyap. Hingga jeda benar-benar tak berarti.

Kamis, 25 Agustus 2016

Biru kamuflase!

Di batas kota ini, hampir tiba aku pada tujuanku, aku mengenalmu tanpa sengaja.

Dibalik tirai cahaya, keheningan malam menyeruak memaksa bising ditelinga, membuat gaduh perasaan, membuyarkan lamunan.

Aku sengaja tak menoleh, membiarkanmu meneriaki namaku dengan jelas. Hingga akhirnya aku terjatuh dan kau mengulurkan tanganmu.
Aku terbawa perasaanku hanyut dalam sendunya.
Aku pernah bermimpi bisa jadi langit bagi sang biru. Namun awan gelap menutupnya hingga tak nampak.

Tapi nyatanya, cinta datang terlambat. Mungkin menurutmu tepat waktu, namun ragu yang mengganggu.
Jauh sebelum mengenalmu, aku telah menemukan langit yang biru. Jauh sebelum mengenalmu, aku telah menemukan senja yang nyata.
Dipersimpangan jalan, aku merindu, celah terkecil dalam hatimu memang bukan untukku. Bahkan ketika kau tau, kau mampu merebut hati yang terdalam. Hingga aku lupa, bahwa sebelumnya aku pernah dan masih jatuh hati pada cinta yang Tuhan berikan. Bukan dirimu--namun langit biru yang sebelumnya.

"Mungkin aku terlalu perasa, hingga kau dengan mudahnya mengelabui perasaan." jiwaku meredup lemah.

Aku selalu seirama dengan rasa. Begitupun rasa yang kau buat hidup berulang kali. Aku terlalu berani membiarkan langit biru yang lain, aku terlalu kuat memaksamu sebiru mungkin.

"Aku hanya biru tipuan di langitmu. Kamuflase. langitmu bukan tempatku. Kau bergurau!" katamu dengan mudahnya. Setelah kau buat aku menari indah dalam bentangnya birumu lalu kau buat mendung langitku.

Pergilah biru kamuflase!

Rabu, 24 Agustus 2016

P E L A N G I ♥

Bukankah selalu ada pelangi setelah hujan? Bukankah kau menantikannya setiap kali deras hujan membasahi relung jiwamu? Aku menanti pelangi sama seperti yang kau lakukan--persis sekali.

Boleh saja jika esok pelangi tidak akan tiba. Aku tetap menikmati hujan tanpa terlewati pun setetesnya.
Mengenang wajah sendumu ketika sore hari dengan sebait puisi yang aku rangkai, berharap senjaku akan tetap indah tersenyum manis.
Aku masih mengingat raut bahagiamu ketika malam hampir habis, sesaat hampir kau terlelap kau ucapkan kata maaf berulang-ulang, sambil tertawa menepuk pundakku.

"Kau akan tetap jadi pujangga tampan dihidupku" katamu terisak haru.
Aku tidak ingin menangis di batas akhir senja, tapi kau yang buat aku menangis.

Kau pelangi terindah yang pernah aku temui. Bahkan ketika hujan sama sekali tidak turun, kau tetap pelangi yang singgah cukup lama hingga aku dengan mudahnya mengingat kilau warnamu.

Hingga pelangi benar-benar malu menampakan dirinya, kau pun mulai ragu dengan pujangga andalanmu ini.
Hujan memang turun, tapi yang kudapat setelahnya bukan pelangi melainkan langit berawan pekat.

Kau murung ditepi mendung, kau jenuh diujung senja. Namun aku akan tetap disisi hujan menanti pelangi dengan warna-warninya yang memukau.

Sudah saatnya kau tau bahwa pelangi tidak bisa disandingkan dengan mendung. Akan hilang indahnya. Karna yang aku tau pelangi itu indah sekalipun hanya tinggal sesaat.

"Aku tidak ingin jadi pelangi bagi seorang langit, terlebih ketika hujan usai. Aku hanya ingin jadi inspirasi di tiap bait puisi indahmu"

Mendungmu biar jadi pesona indah dilangitku, Cerahmu akan tetap jadi alasan mengapa pelangi bisa muncul dimalam hari--dan hanya pada bait puisi milik pujangga tampanmu.

Minggu, 21 Agustus 2016

Hijrah yuk! (1)

Assalamu'alaikum...

Happy reading guys.
Gue bakal ceritain sedikit tentang apa yang pernah gue, elo dan semua orang alamin di hidupnya masing2.
Ini blog gue, dan sekedar sharing aja semoga bermanfaat ya guys!

Pernah ga sih lo menyesal atau kecewa? konteksnya dalam hal apa aja deh. Gue yakin kita semua pernah ngalamin fase-fase dimana lo kecewa berat, nyesel parah dan galau uring2an, baper ga terarah dan berasa hidup lo gada gunanya banget.
Mungkin ada diantara kalian yang pernah ngalamin ataupun lagi ngalamin. fixed! lo udah lewatin masa-masa dimana lo udah hampir nemuin jati diri lo.

Gue pernah sakit hati, nyesel, kecewa, baper, galau dst. Tapi gue ga begitu mudahnya lupain dan ninggalin hal yang harus gue tinggalin. Gue masih stuck dan gamau move dari tempat sebelumnya. Gue masih aja ulang-ulang lagi padahal gue tau akibatnya bakal kaya apa.

Gue bahagia-gue lupa sama Allah. Gue sengsara-gue inget sama Allah. betapa sombongnya gue guys waktu itu. Ga nyadar kalo bahagia juga datengnya dari Allah. Gue malah lupa siapa yang kasih gue hidup sampe saat ini. Percaya atau engga, gue pernah nyeselin semua itu tapi akhirnya gue balik lagi. exactly itu parah banget-
Oke sekarang gw mau tanya,
Kalian punya pacar? Punya gebetan? Putusin sekarang juga! Kalian lagi jalanin HTS-an? Udahin, minta dinikahin sana! Gue ga becanda dan ga main-main guys. Gue pernah pacaranDan finally, gue nyesel-
Rugi deh aseli!
Gue jabarin deh satu persatu; yang lo dapet dari hubungan ga halal itu,
1. Buang-buang waktu
2. Buang-buang receh
3. Baperan
4. Lupa segalanya
5. Ga inget ibadah
6. Dan yang paling parah lo bakal kehilangan separuh hidup lo!

Cukup meyakinkan lo buat putus?
Okay, i will show u anymore...

Gue bukan orang yg ga pernah salah. Gue bukan orang yg sempurna. Bukan guys! Gue cuma manusia yang lagi belajar ta'at.

Sekitar awal tahun 2016 ini dibulan januari entah tanggal berapa gue ga inget. Gue mulai Hijrah dan pengen jadi orang yg bermanfaat. Awalnya gue ragu, sama persis kaya yg temen2 rasain saat ini mungkin. Ga kepikiran sama sekali buat pake Jilbab gede dan lebar banget. Ga kepikiran buat pake Gamis gombrong. Ga kepikiran buat tutup rapih mahkota gue. Dan akhirnya yang ga kepikiran itu justru malah semakin gue pikirin tiap malem. Gue nangis sejadin-jadinya, dan ini serius kaya ada yg bisikin gue, kayak ada yg datengin gue lewat mimpi, entah itu siapa yang jelas gue sadar kalo ajal sebenernya semakin deket. Dia terus ngejar lo sampe dapet dan lo ga bisa ngehindar.
Gue hijrah karna gue yakin Allah bakal kasih jalan terbaik buat gue. Dan gue ikhlas ngelepas cinta ga halal itu, sampai akhirnya nanti Allah bakal kasih jodoh terbaik buat gue.
Dan yg perlu lo tau, banyak rintangan yg harus lo hadapi ketika lo memilih buat hijrah. Banyak mulut-mulut nyinyir yg gasuka sama lo.
1. "Lo udah tobat sekarang? hebat banget. Munafik lo"
2. "Lo lebih keliatan kaya ibu-ibu kalo begini. Norak!"
3. "Kaya yg udah bener aja. Belagak kayak ustadzah!"
4. "Benerin dulu hati lo. Biar pantes sama pakaian lo!"
5. "Haha Itu jilbab lebar amat, pake Mukena aja sekalian!"

Look at above, itu kutipan beberapa kalimat nyinyir. Salah satunya pasti pernah lo alamin.

Gausah pusing. Gue bantu jawab atu-atu.

1. "Alhamdulillah. Hidayah itu dikejar bukan dinanti. Soal munafik biar ALLAH saja yang nilai aku serta akhlaqku"
2. "Alhamdulillah. Loh bukankah kita semua selaku wanita akan menjadi seorang ibu kelak. Tidak ada salahnya kan jika aku belajar dari sekarang? Karna seorang ibu harus jadi madrasah terbaik untuk anak2nya."
3. "Astaghfirullah. aku sama sekali belum benar. Aku hanya manusia yg berlumur dosa, sedikit ilmu dan tempatnya salah. Maka ingatkan aku agar tak salah arah"
4. "Hati dulu yg dibenerin? yakin besok masih ada kesempatan? Perbaiki ibadahmu maka hatimu pun akan tentram dengan mengingat ALLAH"
5. "Masya Allah, bukankah kalau kita sholat memang harus pakai mukena? Malah lebih bagus jika tertutup sempurna. Kamu ketika sholat pakai mukena karna malu Allah melihatmu, tapi ketika diluar kau lepas tudungmu. Allah selalu ada mengawasi mu, bukan hanya dalam sholat"

Dan setelah hijrah ini, gue ngerasa beban pikiran gue ilang. gue ngerasa ALLAH selalu peluk gue. Dan gue gamau jauh dan pergi dari jalan yg udah gue pilih.

Hijrah yuk!

Minggu, 07 Agustus 2016

Ayah (tidak) punya hati:"

Kau masih terlalu muda, masa remajamu akan terenggut begitu saja" Ayah berucap seolah tak punya Tuhan. Tertawa kecil bak seorang lelaki yang tidak menginginkan anaknya bahagia.
Perlahan aku mundur, tak aku dengar ucapan Ayah. Ingin rasanya kututup telinga. Menganggap Ayah samasekali tidak pernah mengucapkannya.

Keesokan harinya masih sama, berlanjut sampai hari-hari berikutnya. Ayah masih terus mengoceh. Ayah tidak tau kan apa yang akan Tuhan berikan kepada kita, Lantas Ayah mengapa harus takut masa remajaku terenggut? Macam tidak punya Tuhan saja. Kesal dibuatnya kepalaku serasa hampir meledak.

Ketika malam hari, rasa kesal di jiwaku meledak. Hampir saja aku benci Ayahku. Hampir saja habis celahku untuk cinta Ayah.

"Ayah tekankan kepadamu nak, usiamu masih muda, kau masih bau kencur masih kekanak-kanakan"
"Ayah, jika semua itu diukur dari usia, mungkin orang-orang jaman dulu tidak mungkin punya anak dan bahagia. sama seperti Ayah. "

Hingga akhir perjalanan debatku dengan Ayah. akhirnya Ayah mengalah. Kulihat kedua matanya berbinar, nampak kesedihan yang Ia tahan. Ingin rasanya aku bertanya.

"Mengapa Ayah bersikap demikian?" tanyaku sendu. hampir habis suaraku.
"Seorang Ayah tidak akan semudah itu melepas gadis kecilnya. Meskipun usiamu bertambah, Ayah masih menganggapmu putri kecilnya. Itulah sebabnya Ayah selalu bilang kau masih terlalu muda untuk memulai segalanya" aku menyerap ucapan wanita paruh baya itu.

Aku menangis sejadi-jadinya. Menganggap diriku bodoh sekali tak paham maksud Ayah. Menghiraukan Ayah dengan acuhnya. Menganggap Ayah jahat dan hampir saja kebencian tertanam lebat di benakku. Aku yang salah. Aku yang patut Ayah benci. 

Malam menjelang, kulihat kerutan di dahi Ayah ketika terlelap. Sudah separuh abad Ayah hidup, Superhero yang aku cintai seumur hidupku kian renta saja. Aku menangis terisak-isak. Menatap Ayah lebih dekat lagi. Lalu kukatakan betapa aku mencintai pahlawan superku.

Kini aku tau, ada banyak alasan mengapa Ayah begitu. Karna seorang Ayah tidak ingin kehilangan putri kecilnya.

Bahkan ketika acara pernikahanku, Kulihat Ayah terisak haru. Mencoba menahan air matanya, tapi justru kian deras.
Ku peluk Ayah erat. Sebenarnya Ayah bukan tak ingin aku bahagia, tapi Ayah hanya ingin bermain bersama seperti waktu aku belum bisa merangkak.
"Ayah punya Tuhan nak, maka Ayah tidak takut jika kau tidak bahagia."

Minggu, 31 Juli 2016

Resep makanan




Vemale.com - Menyajikan Ayam Bumbu Pedas sangat tepat bagi pecinta masakan pedas. Rasanya tidak sekedar pedas, lezat...
Bahan:
1 ekor ayam ukuran sedang, potong menjadi 8 bagian
1 sdm gula jawa
2 lembar daun jeruk
100 ml air
Bumbu Yang Dihaluskan:
7 buah cabai merah besar
5 buah cabai merah keriting
5 butir bawang merah
3 siung bawang putih
1 cm jahe
1 sdt garam
Cara Membuat:
  1. Tumis bumbu halus hingga harum.
  2. Masukkan ayam, aduk rata.
  3. Tambahkan daun jeruk dan gula merah, aduk kembali.
  4. Tuangkan air, aduk kembali hingga rata.
  5. Masak hingga ayam matang dan air menyusut. Angkat.
  6. Jika suka, panggang sebentar Ayam Bumbu Pedas.
  7. Sajikan selagi hangat dengan lalapan timun dan kemangi




Cara Membuat Martabak Khas India Sambal Gurih Nikmat
Bahan kulit martabak :
  • 350 ml air putih
  • 2 sdm minyak samin
  • 1 kg tepung terigu
  • 600 ml minyak goreng
  • 1 sdm garam dapur
Bahan isi martabak :
  • 6 butir telur ayam
  • 2 buah bawang bombay, potong kasar
  • 300 gram daging sapi cincang/yang sudah di haluskan
  • 2 sd minyak goreng
  • 1 sdm bubuk kari, siap saji
  • 1 sdt merica bubuk
  • 6 batang bawang daun, potong-potong
  • 6 siung bawang merah, iris tipis
  • 1 sdt garam dapur
Bahan saus sambal :
  • 1 buah serai, mamarkan
  • 1 sdt air cuka, siap masak
  • 3 daun jeruk nipis
  • 500 ml santan kelapa kental
  • 2 cm kunyit (haluskan)
  • 6 butir bawang merah (haluskan)
  • 3 cm jahe (haluskan)
  • 1 sdm serbuk kari, siap pakai
  • 3 siung bawang putih (haluskan)
  • garam dapur secukupnya
  • 2 sdm minyak samin
  • ½ sdt merica bubuk
Cara Membuat Martabak Khas India Lezat Enak :
  1. Untuk membuat sambal sausnya : Panaska minyak samin kemudian tumis bumbu yang sudah di haluskan, lalu tambahkan daun jeruk dan serai tunggu sampai benar-benar harum dan matang.
  2. Tambahkan santan kelapanya beserta bumbu kari kemudian aduk sampai mengental dan tambahkan dengan sedikit cuka, lalu aduk kembali hingga rata angkat dan tiriskan.
  3. Untuk membuat martabak kulit : campurkan semua bahan kulit kedalam wadah besar kecuali minyak, lalu aduk sampai semua bahan rata dan menjadi kalis.
  4. Bila sudah jadi bagi adonan menjadi 5 bagian rendam dalam minyak yang sudah di sediakan selama 1 jam.
  5. Untuk membuat isi martabak : Siapkan wajan yang telah diisi dengan minyak goreng hingga panas kemudian masukan potongan bawang merah tunggu sampai harum, masukan juga daging sapi yang telah di cingcang atau di haluskan beserta merica, garam, dan serbuk kari yang siap saji, lalu tunggu sampai daging kering dan matang.
  6. Selanjutnya, kocok telur kemudian masukan daging yang sudah matang, lalu tambahkan dengan sisa bahan isi martabak yang belum di masukan, aduk sampai semua bahan tercampur rata.
  7. Siapkan wajan untuk menggoreng kemudian panaskan mentega lebarkan adonan kulit yang sudah di rendam simpan di atas penggorengan, lalu tambahkan adonan daging di atas kulit yang sudah di lebarkan dan lipat adonan seperti lipatan amplop, tunggu sampai berubah warna agak kecoklatan lalu balikan agar semuanya matang.
  8. Setelah matang sajikan di atas piring beserta saus sambalnya yang mantap.




bakso sosis oseng
Resep Oseng - Oseng Bakso Sosis Pedas dan Enak BangetNah bagi Anda yang sudah penasaran ingin tahu cara membuat oseng-oseng bakso sosis ini maka dapat Anda simak cara membuatnya di bawah ini dan ikuti langkah-langkah nya agar hasil yang di dapatkan dapat sesuai selera Anda dan dapat mengenyangkan perut Anda semua. Oke lah kalau begitu langsung saja simak resep nya berikut ini.
Resep Oseng – Oseng Bakso Sosis Pedas dan Enak Banget
Bahan – bahan yang digunakan  :
  • 10 butir bakso sapi ukuran sedang , iris menjadi 4 bagian atau sesuai selera
  • 5 buah sosis sapi , iris tipis-tipis
  • 2 buah cabe merah besar  ,potong serong tipis
  • 15 buah cabe rawit potong-potong sesuai selera
  • 1 buah bawang bombay potong memanjang  seperti korek api
  • 3 siung bawang putih, iris tipis – tipis
  • 2 buah tomat merah potong-potong menjadi 4 bagian
  • 3 sendok makan saus tiram
  • 1/4 sendok teh merica bubuk
  • garam halus secukupnya
  • gula pasir secukupnya
  • penyedap rasa secukupnya
  • minyak untuk menumis secukupnya
  • Resep Oseng – Oseng Bakso Sosis Pedas dan Enak Banget :
  1. Langkah awal yang harus dilakukan dalam membuat oseng-oseng bakso sosis ini yaitu Tumis bawang bombay dan bawang putih dengan sedikit minyak goreng  sampai tercium aroma wangi.
  2. Selanjutnya Masukkan bakso dan sosis sapi yang sudah diiris tipis-tipis
  3. Masukkan potongan cabe merah, cabe rawit dan potongan tomat yang sudah disiapkan sebelumnya
  4. Tambahkan saus tiram, merica bubuk, gula pasir, garam dan penyedap rasa secukupnya lalu aduk- aduk hingga tercampur rata semua.
  5. Tunggu sampai osesng oseng baso sosis matang hingga bumbu meresap secara sempurna
  6.  Oseng – Oseng Bakso Sosis Pedas dan Enak Banget siap untuk dihidangkan


tumisbakso
Bahan yang diperlukan:

  • 8 butir bakso sapi atau ayam, dipotong-potong
  • 3 batang sosis sapi atau ayam, dipotong sesuai selera
  • 4 utas buncis, dipotong dengan ukuran dan bentuk sesuai selera
  • 1 batang wortel, diiris memanjang
  • 50 gram baby corn, masing-masing dipotong menjadi 4 bagian
  • 2 buah cabe rawit merah, diiris tipis
  • Air putih secukupnya
  • Mentega atau margarin untuk menumis

Bumbu halus:

  • ½ siung bawang Bombay diiris tipis
  • 1 lembar daun salam
  • 1 ruas jari lengkuas dimemarkan
  • 1 sendok makan saus tiram
  • 3 siung bawang putih dimemarkan lalu dicincang halus
  • Kecap manis secukupnya
  • Gula pasir secukupnya
  • Garam dan merica bubuk secukupnya

Cara membuat:

  1. Panaskan mentega hingga meleleh.
  2. Tumis bawang Bombay dan bawang putih hingga menjadi harum.
  3. Masukkan cabe, daun salam, lengkuas dan tumis bersamaan hingga harum.
  4. Tambahkan bakso sapi, sosis sapi, dan wortel lalu tumis hingga wortel menjadi empuk.
  5. Tambahkan baby corn dan juga buncis dan tumis sebentar.
  6. Tambahkan air putih dan tunggu hingga mendidih.
  7. Tambahkan kecap manis, gula pasir, saus tiram, garam, dan merica bubuk dan aduk hingga rata.
  8. Setelah semua bahan berubah menjadi matang, matikan kompor.
  9. Tumis bakso telah siap menjadi sajian anda dan keluarga.


Resep Roti Gulung Pisang Keju

Jumat, 8 November 2013 | 07:45 WIB
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
Shares
https://blogger.googleusercontent.com/img/proxy/AVvXsEgGt7db6PycicqsYS1QLEZyByQTWOqmm0YiYcB3B5GRSZmaAhtnuxmruP9VS4ptUHhYF6pGU-vLGZdNU3QdIZtAbqt599UNurQ13TS9wPFt8-2NAL3hQgLuHQ0eosOtkdsfhxZqWosLg33A_7r1LackXyeQFbUQvTd9Y3rWoeRxAaQ78-bAavTa=SHUTTERSTOCK Roti Gulung Pisang Keju

Berita Terkait


KOMPAS.com - Bahan:
6 lembar roti tawar
1 sdm mentega
6 buah pisang kepok atau pisang uli
50 gr meises
50 gr keju parut

Cara membuat:
1. Olesi roti tawar dengan mentega. Oleskan secara tipis dan merata, kemudian tambahkan sebuah pisang di dalamnya, taburi meises.

2. Gulung roti tawar dengan pisang sampai padat.

3. Masukkan roti ke dalam kukusan, kemudian taburi dengan keju parut di atasnya. Kukus selama 15 menit sampai pisang matang dan harum. Sajikan.


Pisang Goreng Coklat Renyah
Resep Masakan Indonesia Kue pisang goreng cokelat merupakan makanan kreasi yang di kreasikan dengan aneka pisang, kue pisang yang biasa kita dapatkan hanyalah kue pisang biasa yang dijual di jalan-jalan atau di warung-warung seperti gorengan , namun kue pisang ini berbeda, dalam pembuatannya kue ini di isi coklat , rasanya pun menggugah selera, kue ini sangat cocok di sajikan di acara spesial seperti arisan, acara keluarga dll,
Lihat yuk, siapa tau anda bisa membuatnya di rumah. Ini dia resep nya:
 Berikut Bahan-bahan nya:
  • 250 gram Tepung terigu
  • 2 buahTelur
  • 200 gr Cokelat pekat diiris dan disisir
  • 4 buah Putih telur, dikocok
  • 200gram Tepung panir
  • 700 ml Air
  • 2 sdm Susu bubuk
  • 2 sdm Margarin kemudian cairkan
  • 2 sdm Gula pasir
  • 20 buah Pisang raja
Cara membuat Pisang Goreng Cokelat:
  1. Pertama, Taruhlah tepung terigu dalam wajan, kemudian bentuklah cekungan / lubang di tengah, tuangkan butir telur, garam asin dan margarin, lalu aduklah berbentuk lingkaran sambil memutar-mutar, kemudian tuangkan air perlahan sedikit demi sedikit. Lalu Aduklah sampai merata
  2. Selanjutnya. Panaskan wajan datar antilekat Diamkan kurang lebih selama 20 menit, kemudian buatlah dadar sampai adonanya habis. selanjutnya Ambilah selembar dadar, kemudian taruhlah pisang, lalu taburlah cokelat,kemudian digulung dan dilipat sampai berbentuk merapat.
  3. Langkah berikutnya, Celuplah ke dalam putih telur, kemudian diguling di atas tepung panir.
  4. Selanjutnya, masukkan dalam freezer kurang lebih selama 30 menit.
  5. Kemudian , masakkan minyak hingga panas lalu gorenglah pisang hingga berwarna kuning keemas, kemudian Angkatlah
  6. Terakhir ,Sajilah disaat panas, kemudian taburlah gula palem dan kayu manis bubuk.


Resep Kentang Bakar Barbeque Lezat

by admin+ ·

kentang-bakar
Kentang umumnya diolah dengan cara direbus atau ditumis. Berbeda dengan resep kentang bakar barbeque berikut ini. Layaknya sate, kentang ditusuk lalu dibakar setelah sebelumnya dioles2i bumbu. Penasaran ingin mencobanya, simak resep olahan kentang dengan cara dibakar berikut ini :
Bahan Kentang Bakar Barbeque :
  • Kentang kelereng 200 gram, cuci bersih
  • Margarin 4 sendok makan
  • Keju cheddar parut 50 gram
  • Air 800 ml
  • Saus tomat 50 ml
  • Saus sambal 50 ml
Bumbu Kentang Bakar Barbeque :
  • Saus barbeque 50 ml
  • Bawang bombay 1/2 buah, cincang halus
  • Merica bubuk 1/2 sendok teh
  • Garam secukupnya
Cara Membuat Kentang Bakar Brbeque :
  1. Rebus air hingga mendidih, masukkan kentang dan sedikit garam. Masak hingga kentang matang, angkat dan tiriskan. Kupas kulitnya.
  2. Panaskan 2 sdm margarin, tumis bawang bombay dan bawang putih hingga harum.
  3. Masukkan kentang rebus. Tambahkan saus barbeque, merica dan garam, aduk rata dan masak hingga bumbu meresap. Angkat.
  4. Ambil tusuk sate, tusukkan kentang hingga habis. Bakar kentang hingga kecokelatan sambil diolesi margarin dan bumbu barbeque. Angkat dan lepaskan kentang dari tusuknya.
  5. Letakkan kentang di atas piring saji, taburi atasnya dengan keju cheddar parut dan saus tomat atau saus sambal di atasnya. Sajikan hangat


Resep Ayam Pedas Manis

Cara Membuat Ayam Pedas Manis Khas Thailand
Bahan-bahan
  • 8 ons ayam tanpa tulang, potong-potong
  • 4 sdm sambal pedas mais Thailand
  • 2 siung bawang putih, cincang
  • 1 sdt air perasan jeruk nipis
  • 1/2 sdt wijen putih
  • 1/2 sdm daun seledri cincang
  • Minyak goreng secukupnya
Bahan Tepung
  • 1 putih telur
  • 1 sdm minyak goreng
  • 1/2 cup tepung terigu
  • 1/2 sdt baking powder
  • 1/2 cup air dingin
  • 1/4 cup tepung jagung
  • 1 sdm minyak goreng
  • Garam secukupnya

Cara Membuat

  1. Campurkan semua bahan tepung menjadi satu, aduk hingga rata
  2. Masukkan ayam kedalam adonan tersebut
  3. Panaskan minyak goreng dalam wajan hingga panas
  4. Masukkan ayam berbalut tepung kedalam minyak, goreng hingga kecoklatan, angkat dan tiriskan
  5. Di wajan lain, panaskan sedikit minyak menggunakan api sedang
  6.  Tumis bawang putih hingga harum
  7. Masukkan ayam lalu tambah dengan saus pedas manis, air perasan jeruk nipis dan garam
  8. Aduk rata hingga semua ayam berbalut bumbu
  9. Angkat lalu sajikan dalam piring saji
  10. Taburi dengan wijen dan daun sledri


Resep memasak gurame goreng tepung renyah

Nah jika anda tertarik untuk measak ikan gurame, Resep Masakan Indonesia akan membagikan resepnya untuk anda. Resep yang akan dibagikan adalah Resep Cara Masak Gurame Goreng Tepung Yang Gurih Dan Renyah. Bahan-bahan yang diperlukan dalam mengolah gurame goreng tepung adalah sebagai berikut :

Bahan-bahan:

  • 200 gram ikan gurame,diambil bagian dagingya saja, potong memanjang.
  • 100 gram tepung terigu
  • 1 butir telur ayam
  • 50 gram tepung sagu
  • 1/2 sendok makan garam
  • 1/4 sendok teh merica bubuk 
  • minyak goreng
Cara Memasak Gurame Goreng Tepung :
  • Yang pertama yaitu menyiapkan ikan gurame yang telah dibersihkan dan dipotong memanjang tadi.
  • Kemudian pecahkan telur dan masukkan daging ikan gurameh, aduk hingga tercampur rata.
  • Siapkan wadah untuk mencampur tepung terigu, tepung sagu beserta garam dan merica bubuk, aduk sampai tercampur rata.
  • Selanjutnya masukkan daging gurame yang telah tercampur dengan telur tadi ke tepung, guling gulingkan hingga daging benar-benar berselimut tepung.
  • Panaskan minyak dan goreng ikan gurame yang telah berlumur tepung hingga matang dan terlihat crispy. angkat dan tiriskan
  • Ikan gurame goreng tepung siap dihidangkan



Resep Mie Goreng Spesial
Resep Mie Goreng Sederhana
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh0UG1lMQQFQVVJdL-xUHYoB6KLTNK9isCnmLrtDocOtJpS20jLvtulLb_PqC-CA_NXeR4QpQanfZWCWjewR3O9_zWrNsxgNm0MSe5Z1UCcdARnEIi4uUCuFdYqHgP0doR0TPGcC31nAWI-/s1600/miemamakctt.jpg
Bahan :
– 100 gram mie basah
– 1 butir telur ayam, orak-arik
– Ayam goreng suwir secukupnya
– Kecambah atau tauge secukupnya
– Sawi hijau secukupnya, iris
– Merica bubuk secukupnya
– 1 sendok makan kecap manis
– 1 sendok teh garam
Bumbu yang dihaluskan :
– 3 siung bawang merah
– 2 siung bawang putih
– 2 butir kemiri
Hiasan dan taburan :
– Bawang goreng
– Irisan tomat
– Irisan mentimun
Cara Membuat :
  • Rebus sebentar mie goreng ke dalam air mendidih yang telah dicampur dengan minyak ter;ebih dahulu. Angkat dan tiriskan.
  • Tumis bumbu yang telah dihaluskan hingga harum, setelah itu masukkan tauge dan sawi, lalu aduk-aduk hingga layu.
  • Masukkan mie dan telur orak-arik, aduk hingga rata.
  • Tuangkan kecap, garam, merica, kemudian aduk hingga rata. Masak hingga semua bahan matang, angkat. Beri taburan bawang goreng dan hias dengan potongan timun dan tomat.
  • Mie goreng sederhana siap untuk dihidangkan.


https://selmawahida.files.wordpress.com/2014/10/mie-goreng-rempah.jpg?w=640
Bismillah
Ini dia teman makannya bakso ayam. Sarapan hari ini. Rasanya senang aja membuat mie, soalnya semua pada suka mie sih. Seandainya zauji di rumah, pasti nggak nolak deh dengan yang namanya mie. Diolah menjadi apa saja, mie pasti nikmat. Apalagi kalau mie nya buatan sendiri, tentu lebih sehat.
Mie goreng resep mbak kamelia ini enak dan wangi, wanginya berasal dari rempah-rempah yang menjadi bumbu utama mie goreng rempah ini. Apalagi kalau rempahnya digongseng terlebih dahulu, tentu lebih wangi ya. Dipadukan wortel dan sawi serta bakso ayam, hmm laziz….
Resep Mie Goreng Rempah
Sumber: Kamelia Marfuah
Bahan :
1. 200 gram mie telur
2. 1 batang wortel ukuran sedang, potong korek
3. 1 buah sawi hijau potong kasar
4. 1 batang seledri, cincang halus (untuk taburan )
5. 1 sdt Garam
Bumbu halus :
1. 3 buah bawang merah
2. 3 siung bawang putih
3. 1/2 ruas jari jahe
4. 1/2 sdt merica butiran.
5. Pala sedikit saja ( bisa di skip )
Rempah :
1. 1 buah pekak
2. 3 buah cengkeh
3. 1 batang kecil kayu manis
4. 1 buah kapulaga
Cara Membuat:
1. Seduh mie dengan air panas yang sudah di beri minyak, hingga mekar, tiriskan.
2. Tumis bumbu halus dan rempah, tanbahkan sedikit air, masak hingga wangi.
3. Masukkan wortel aduk rata, masak sebentar.
4. Bila suka rempahnya bisa di sisihkan, agar nanti tidak ikut tersaji.
5. Masukkan mie , sawi dan garam, aduk rata, matangkan.
6. Siap disajikan setelah ditaburi dengan seledri


Cara Membuat Mie Goreng atau Bakmi Goreng

Mie goreng adalah olahan mie yang paling populer. Untuk membuatnya, dapat diolah dari mie mentah basah lalu dimasak sendiri dengan bumbu sesuai selera ataupun membeli mie goreng instan yang takarannya sudah pasti lalu tambahkan topping. Kali ini kulineri.com akan membagikan resep mie goreng yang diracik sendiri, jika yang dipakai adalah mie basah mentah maka disebut bakmi goreng tetapi jika yang dipakai adalah mie telur hanya disebut mie goreng saja. Berikut adalah resepnya:

Bahan dan Bumbu Membuat Mie Goreng

  • Mie telur kemasan atau Mie basah mentah, pilih sesuai selera.
  • 4 siung bawang putih
  • 8 buah bawang merah
  • 5 buah cabai merah
  • 2 buah telur, kocok lepas
  • 100 gram ayam fillet, potong kecil
  • 1 batang daun bawang, potong-potong
  • 1 batang seledri, cincang
  • 2 batang sawi rebus potong jika suka
  • 4 sdm kecap manis
  • 2 sdm kecap asin
  • garam dan lada secukupnya
  • Minyak secukupnya
Aneka Resep Mie Goreng Spesial Unik dan Mudah

Cara membuat Mie Goreng atau Bakmi Goreng

  • Haluskan bawang putih, bawang merah dan cabai, sisihkan
  • Rendam fillet ayam pada campuran 1 sdm kecap manis dan 1 sdm kecap asin, biarkan meresap, lalu tumis hingga matang, sisihkan
  • Panaskan sedikit minyak pada wajan, goreng telur dengan cara diaduk hingga hancur namun tetap matang, sisihkan.
  • Rendam atau rebus mie telur jika ingin membuat mie goreng dan mie basah jika ingin membuat bakmie pada air panas hingga terpisah satu sama lain dan matang, sisihkan
  • Tumis bumbu halus hingga harum, masukan mie yang telah matang, aduk rata. Masukan sedikit air, kecap manis, kecap asin, garam dan lada lalu aduk kembali.
  • Masukan telur, daging ayam, aduk rata. Lalu masukan potongan seledri dan daun bawang. Masak sebentar lalu angkat
  • Hidangkan mie goreng dengan bawang goreng, sajikan

 

https://blogger.googleusercontent.com/img/proxy/AVvXsEh99IDFoWwjWMRt5EBSaIG6uqjoLwytDtu8RKd2do9GPcMjvz2wV7PkmGXEvu_bBWgs269IAt9tddJAe9ZgPrNDVvs3GQXsRTKJlD8F3JQkcvWxbaYgdGiCgxdhL7tHzy17zKuksKAtGBuzweVphod_3l2QfenfNcVHPR7T9Ys844nrWLQL7ye_YfpQ1mgRrhgl=

Kalau sedang mengerjakan tugas di kamar dan butuh camilan, kenapa nggak nyoba mie gulung sosis ini? Siapkan 1 bungkus mi instan, 1 bungkus sosis, dan minyak goreng. Langkah-langkah membuatnya:
  • Rebus mie instan hingga matang. Sambil menunggu, potong sosis menjadi 2 atau 3 bagian. Lalu, bentuk ujung sosis menjadi bentuk bunga.
  • Tiriskan mie dan biarkan hingga dingin. Taburi mie dengan bumbunya.
  • Lilitkan mie pada sosis. Biarkan ujung-ujung sosis tetap terlihat.
  • Panaskan minyak pada wajan dan goreng sosis yang telah dililit mie hingga coklat keemasan.
  • Hidangkan dengan sambal atau saus tomat.


https://blogger.googleusercontent.com/img/proxy/AVvXsEjA9CBmwZyFvqrm9SlN8NV8C12AsYKfFNF7Eb-MvJ6futvVkqR2-IwGO8yB5vRTfYTumJdE0A3xBWKAt6ZWPckq_Sw-svCmDemuLzDlklbKp9CKaDQRf8ZdlIs9sOMouGth3l2ADVrlXlJUMon_0FDZQ6uZhEzttRxnKn8Xd46xKoAjgYpkIf7o5ntxxRWmicu4nPGg0ismQc0qzegPDn5g=



Vemale.com - Semur adalah masakan kesukaan orang Indonesia. Kali ini kita akan memasak semur daging dengan perpaduan rasa manis, gurih dan pedas. Nyam.. rasanya pasti enak.
500 gram daging sapi has dalam, potong dadu
2 batang serai yang sudah dimemarkan
5 butir cengkeh
1/2 sdt pala bubuk
1/2 sdt merica bubuk
1 sdt garam
1 liter kaldu sapi
100 ml kecap manis
Minyak goreng secukupnya
Bumbu Halus:
8 siung bawang merah
4 siung bawang putih
1 buah tomat ukuran sedang
5 butir cabai merah besar
3 butir kemiri
2 ruas jari jahe
Cara Membuat:
Panaskan minyak goreng, lalu masukkan bumbu halus dan tumis hingga harum.
Masukkan daging sapi, tambahkan serai, cengkeh, pala bubuk, merica bubuk, garam dan kecap manis. Aduk hingga rata dan daging sapi berubah warna.
Tambahkan kaldu. Tunggu hingga air menyusut dan daging sapi empuk.
Angkat semur yang telah matang. Sajikan hangat

https://blogger.googleusercontent.com/img/proxy/AVvXsEg7Qgc1kmAsIoESi_VhZ3UKbyMhJdkOoyhUhbuAbJcNahgFQmFouA_3xD67Zh4_sslflk5RexoUy-NYAHc6gr01sMnz2aH9nadP1jxb5z2IYlsFkyZ5JwR-VeL0aBl0e3scn3nO3AlKMZ-Q2-4Pdp7DfKnp9-c1hwAqp_MkBItcwfLWOJoWkU9ffvba8EWMLyaL_mU=
 


Vemale.com - Ayam selalu menjadi bahan makanan favorit, dimasak apa saja selalu lezat. Ayam kecap adalah salah satu menu ayam yang mudah membuatnya. Agar terasa spesial, kali ini kita akan membuat ayam kecap pedas dengan tambahan cabai rawit dan merica. Ayo dicoba!
Bahan:
1/2 ekor ayam, potong menjadi 6 bagian
3 siung bawang putih, cincang halus
2 cm jahe, memarkan
1/2 buah bawang bombay, iris memanjang
3 buah cabai rawit, haluskan
5 sdm kecap manis
100 ml air
1/2 sdt merica bubuk
1/4 sdt garam
1 tangkai daun bawang, iris halus
Minyak goreng secukupnya
1/2 sdt garam dan 2 sdm air jeruk nipis untuk melumuri ayam
Cara Membuat:
  1. Bersihkan ayam lalu lumuri dengan garam dan air jeruk nipis, diamkan selama 5-10 menit.
  2. Goreng ayam hingga matang, tetapi usahakan agar permukaannya tidak kering, angkat, sisihkan.
  3. Panaskan sedikit minyak, tumis bawang putih dan jahe hingga harum. Masukkan bawang bombay hingga layu.
  4. Masukkan ayam goreng, air, kecap manis, cabai rawit halus, merica dan garam. Aduk hingga rata dan tunggu hingga air sedikit tersisa.
  5. Masukkan daun bawang, aduk sebentar, angkat.
  6. Ayam akan semakin lezat jika disajikan hangat.


https://blogger.googleusercontent.com/img/proxy/AVvXsEjX0nxZ9kbbZLnvJbEi7iOuT1xr5355MKwJtpBWPvNx9hHE_HxZZ1bF_08Ant4ExkhWazLm3HX7ZI7SBrTeiMkFLPAy64aWEV94qKusKevtdWo9kf783S0CzuhTp3Feuj-4r8B38SG0Q_9jvIbfOcyHtXMDNfHpgMGZ2Nh_wrUCClFdWUEWnxpuNBVioHKoRYaNsuqQ6csl=



Vemale.com - Sudah tahu kan kandungan protein yang kaya dalam menu udang? Dikemas dalam menu menggiurkan, udang menjadi pilihan lauk yang cocok disajikan sebagai menu makan siang.
Dipadu dengan daun kemangi, ternyata aroma amisnya udang bisa berkurang dan rasanya lebih sedap lho. Cobain resep Balado Udang Kemangi ini yuk.
Bahan:
400 gram udang, kupas sisakan ekornya
Segenggam daun kemangi
Minyak untuk menggoreng
Bumbu:
4 siung bawang putih
6 siung bawang merah
7 buah cabai rawit
1 buah tomat ukuran besar
3 buah cabai merah besar
1 sdt terasi
1 sdt garam
3 sdt gula
2 butir kemiri
Cara Memasak:
  1. Setelah udang disiangi, rendam terlebih dahulu dengan jeruk nipis dan simpan di lemari es. Mari siapkan bumbunya.
  2. Haluskan bumbu menjadi satu hingga benar-benar halus dan tidak menyisakan bagian yang kasar.
  3. Panaskan minyak di api kecil, kemudian tumis bumbu hingga aroma wanginya keluar dan warnanya berubah. Masukkan daun kemangi dan tumis sejenak.
  4. Masukkan udang, tumis hingga dagingnya masak. Berikan sedikit air agar bumbu lebih merasuk pada daging dan tumis kembali hingga air berubah menjadi kuah kental.
  5. Sajikan selagi hangat bersama nasi putih dan sayuran lainnya