Sabtu, 19 Desember 2015

MELBOURNE



Ku tarik selimut karna hari masih terlalu pagi, enggan rasanya beranjak, aku masih ingin bermalas-malasan. Sesekali aku melihat jam di handphone ku menunjukan pukul 02.00

“Istirahat macam apa ini? Belum nyenyak rasanya” gumamku dalam hati
Terkejut aku mendengar suara handphone, lagi lagi erin mengganggu istirahatku.

“hallo Renata? Besok hari pertama kita masuk Universitas, kau jangan sampai kesiangan”

“Erin apakah kau tidak ada kerjaan menelpon pagi-pagi buta begini? Matikan sekarang atau aku blokir nomormu”

Erin, sahabat karibku itu memang hobi sekali mengganggu tak kenal waktu. Bahkan ia selalu 
menyempatkan waktunya untuk mengganggu kapan saja.

Alarmku berbunyi tepat pukul 06.00 pagi, aku harus segera bersiap-siap kalau tidak Erin akan menelpon ku lagi. segera aku melangkah keluar rumah tapi ternyata aaaaah sudah tidak salah lagi Erin sudah stay di rumah ku sedari tadi.

“Aku nebeng ya ren hehe..” dengan senyum lebarnya yang membuat ku tertawa karna tingkah nya yang aneh.

Sepanjang perjalanan Erin sibuk mengoceh, untung saja aku sudah memasang handsfree jadi aku tidak akan mendengar apa yang di bicarakannya. Sampai di Kampus pun Erin masih saja membicarakan hal yang bagiku tidak begitu penting.

“Sedari tadi kau pasang handsfree? Kau tidak dengar apa yang aku katakan? Memang keterlaluan kamu renata, sahabat macam apa kau ini?” ku letakan jari telunjukku di bibirnya berusaha menghentikan ocehannya  sssssssstttttt.


Ospek memang sudah selesai dari hari kemarin, ini hari pertamaku memulai study. Tapi ini masih terasa janggal bagiku, aku pernah bermimpi bisa jadi salah satu mahasiswi di University of Melbourne. Memang berbeda rasanya, tapi aku yakin dimana pun itu, tidak kalah indah dengan angan-angan Melbourne ku.

Siang itu sekitar pukul 01.00.....
Seperti biasa, aku selalu mencari tempat untuk sendiri, tanpa ada satupun yang mengganggu, Meski Erin sekalipun. Sembari merangkai kata aku selalu membayangkan keindahan kota Melbourne, maka justru itu kalimat ku seringkali nyaris sempurna, begitulah yang selalu Erin bilang.

“Drinks for you” sebotol minuman kaleng dingin sudah ada di hadapanku, Erin memang selalu perhatian. Ku peluk Erin erat, rasanya tidak mau kehilangan sahabat terbaik sepertinya.  

“Oh ya Renata, kemarin aku lihat surat kabar harian banyak yang memuat Cerpen disana, apakah kau tidak tertarik?” Ujarnya sesekali meneguk minuman.

“Apa kau yakin aku bisa?” terlihat wajah keraguan di dalam diriku dengan mata yang berkaca-kaca.

“Jika kau saja tidak yakin, bagaimana impian itu bisa tercapai? Semua bermula dari dirimu” tukasnya kesal meninggalkanku.

Betul apa kata Erin, jika aku saja tidak yakin dengan diriku sendiri bagaimana impian itu bisa jadi kenyataan. Erin memang paling bisa membuat semangat ku kembali lagi.
                                                                                                ....


Suara handphoneku berdering, panggilan dari Erin terpampang di layar.
“Ke rumah ku sekarang!” suara Erin begitu tergesa-gesa di ujung telepon.

Aku segera pamit kepada Ibu, alasannya mengerjakan tugas kelompok bersama Erin meskipun aku tidak tau apa yg akan aku lakukan disana, dan berjanji akan kembali sebelum pukul 05.00 sore.

Ku percepat laju motorku, karna Erin memang tidak sabar dalam menunggu. Tak lupa selalu ku gunakan masker jika bepergian, karna polusi udara Jakarta memang tidak sehat, Mencegah lebih baik daripada mengobati.

Setibanya di rumah Erin ku parkirkan motorku di sebelah taman rumahnya, Erin memang anak orang kaya, rumahnya pun bagaikan istana. Aku selalu merasa segan jika bertemu kedua orangtuanya, tapi meskipun begitu keluarga Erin sangat Friendly, seringkali mengajak ku untuk selalu berkunjung ke rumahnya hanya untuk mengajarkan Erin beberapa mata pelajaran yang nilainya kurang baik, aku memang tidak begitu pintar, tapi aku mampu memahami dan mengingat beberapa mata pelajaran yang sudah di sampaikan.

Baru saja sampai depan pintu rumahnya, Erin meneriaki ku dari lantai atas. Terkejut aku, kebiasaan Erin bukan hanya mengganggu tapi juga mengagetkan.
“Ku pinjami kau Laptop beserta modemnya, kau gunakan untuk kirim beberapa karya indahmu. Kuberikan beberapa link nya nanti. Tapi ingat kau harus sungguh-sungguh.” Siang itu bagaikan meledak-ledak seluruh isi hatiku karna teramat bahagia. 


To be continue...

Rabu, 09 Desember 2015

LIFE IS SHORT

Langit memang tak seterusnya secerah yang kau dambakan, terkadang gelap membuatmu lebih tenang. pernahkah engkau tertiup angin kencang hingga terhempas?
memang tidak mudah, tapi tidak begitu sulit untuk kau pahami. aku pernah tenggelam hingga ke dasar laut bahkan nyaris lenyap nafasku. tapi Tuhan tau masih banyak harapan yang belum aku rangkai dan ku gapai tepat pada waktunya. berenang lah hingga ke hulu, maka akan kau temukan perahu. Tuhan selalu bilang begitu jika aku merapuh.