Rabu, 14 September 2016

K O P I

Aku selalu merasa tidak enak sehabis minum kopi. Jantungku selalu berdebar tiap kali mencicipinya. Perlahan, aku jauhi karna kurasa justru membuat kesehatanku terganggu.
Aku bukan pecinta kopi, aku hanya sesekali ingin mencobanya. Tapi sesudahnya justru jantungku berdebar makin cepat. Entahlah ada kandungan apa dalam kopi ini, adakah gelombang-gelombang cinta yang seketika merasuk kedalam tubuh hingga sampai ke jantungku? Bahaya jika memang begitu, kemungkinan paling tepat adalah "aku jatuh cinta pada si pembuat kopi".  Tapi bukan cinta namanya jika aku saja tidak tau wujudnya, Anggap saja ini kemungkinan paling dekat. Tidak ada yang tau bukan bahwa aku bisa jatuh cinta semudah itu hanya karna detakan jantung pertama? Lupakan saja tentang si pembuat kopi. Aku pun tak kenal samasekali. Dan kau pun tak usah memikirkannya.

Kopi adalah minuman paling romantis, kopi memiliki daya tarik; karna kopi mampu membuat aku berdebar-debar. Yang aku tau jantungku berdebar hanya karna cinta. Namun ini hanya secangkir kopi, sangat mustahil bukan? jatuh cinta pada kopi; kumpulan air berwarna dan berasa. Apa yg istimewa? Apa yang membuat aku berdebar?

Dipersimpangan jalan, aku bertemu penikmat kopi dikala senja. Ia menyeruput kopinya perlahan, tanpa khawatir akan berdebar jantungnya. Kuperhatikan lekat-lekat namun ia kian nyaman dengan kopinya. Tanpa peduli siapa yang memerhatikannya. Teruslah berlanjut hingga hari-hari berikutnya, masih tetap sama; dengan secangkir kopi dikala senja. Kau seruput habis tanpa tersisa setetes pun. Bagaimana mungkin ia baik-baik saja? Apakah jantungnya masih aman?
Aku bagaikan cangkir kosong yang ragu menawarkanmu kebiasaan lain selain kopi. Aku masih kosong--tidak tau akan diisi apa, ya setidaknya aku tak ingin siapapun selain aku merasa berdebar jantungnya. Habis hidupnya. Lenyap jiwanya.

Suatu senja, kubawakan secangkir teh digenggamanku, namun kau terlalu nyaman dengan kopimu hingga aku masih bersembunyi, aku buang secangkir teh pengobat candumu karna aku takut kau justru menolak penawaran ini--karna kau begitu mencintai kebiasaanmu.

Namun semakin lama aku tau kau teramat mencintai kopi, tidak bisa diganti dengan yang lain.
    "Apakah jantungmu baik-baik saja?" tanyaku khawatir dengan suara sedikit parau. Kau mengangguk tersenyum menatapku. Jantungku berdebar, ini lebih cepat dari biasanya. Mengapa bisa? Sudah tidak kuminum lagi kopi itu. Lalu mengapa jantungku masih berdebar kencang? Apakah aroma kopimu terlalu menyengat? Kurasa ini lain cerita. Kau seruput habis kopimu hingga senja nampak indah dipelupuk mataku. Dan aku tau kini; degupan jantung pertama kala aku menikmati kopi tidak ada apa-apanya ketika kau tuangkan habis kopimu. Dan bukan kopi yang membuat aku berdebar dan jatuh hati, namun sang penikmat kopi dikala senja menjelang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar