Minggu, 31 Januari 2016

See you!

Aku memilih pergi dan melupakanmu, melupakan segalanya tentang cinta, tentang perasaan yang tidak seharusnya aku miliki, tentang harapan yang tidak seharusnya aku simpan.
aku tau aku pasti akan rindu, rindu tentang dirimu yang penuh lelucon, rindu tentang dirimu yang sering berbuat hal konyol hingga aku tertawa di buatnya.
aku begitu yakin akan ada rindu yang teramat dalam terhadap dirimu, aku yakin aku tak mampu menahan rindu. rasanya selalu ingin ku lihat kapan terakhir kali kau membuka social media itu, kegiatan apa saja yang kau lakukan, ada hal menarik apa yang kau temui, mungkin kau tidak akan menceritakannya kepadaku, bahkan sampai aku menunggu sampai lusa pun kau tidak akan menceritakan sedikitpun tentang dirimu. aku yang terlalu berlebihan, selalu ingin tau kabarmu, selalu ingin tau apa kau sudah makan atau belum, selalu ingin tau sedang apa kau sekarang. ku akui aku teramat berlebihan menanggapi kedekatan ini. aku teramat berharap pada dirimu. hingga akhirnya aku tersadar bahwa aku tak semestinya seperti ini. perasaan ini membutakanku seolah-olah hanya kamu target ku, cinta ini menghancurkanku seakan-akan aku lupa banyak hal yang harus aku prioritaskan lebih dari dirimu.

Allah hadirkan pedihnya sebuah pengharapan, karna Allah cemburu, Dia sangat mencemburui hati yang berharap kepada selain Dia. bagaimana bisa aku mengecewakan Rabbku:'( sedangkan Dia selalu berikan aku karunia yang melimpah. di biarkannya aku tersiksa dengan rindu ini, dibiarkannya aku sengsara dengan cinta yang keliru ini.
Baiklah! aku berhenti mengharapkanmu! aku berhenti menunggumu sampai tengah malam, aku berhenti menantimu hingga beberapa hari berlalu. kini ku mantapkan keyakinanku untuk berharap kepada Rabbku, mencintai sepenuhnya Rabbku, memprioritaskan apa yang harus aku prioritaskan.

aku pergi dengan alasan aku amat mencintai Rabbku. aku menjauh dengan alasan aku merindukan Rabbku.
terimakasih untuk sedikit waktunya mengenalkanku tentang cinta, mengajarkanku arti rindu.
aku hanya berharap pertemanan ini tidak membuat iman ku goyah.

see you next time! bye!
-HF-

Kamis, 28 Januari 2016

KALAU SAJA SORE ITU...






KALAU SAJA SORE ITU...

Ada yang tau apa arti kata ”Rindu”?
Jika ribuan bintang di atas sana mampu mewakilinya, maka ia kusebut rindu. Aku selalu rindu pada cara Tuhan menggenggam tanganku erat ketika dunia tampak menyilaukan, cara Tuhan memelukku kencang seakan-akan tau ada banyak rindu tak beralasan nantinya yang akan menyebabkan pilu teramat dalam. Maka aku ingin teramat rindu pada sesuatu yang pantas aku rindukan.
                                                                                                ...

Akhir pekan ini malam memang tak begitu indah seperti rindu yang di dambakan, bintang-bintang tidak menampakkan sinarnya seperti rindu yang di ibaratkan, yang ada hanya hembusan angin bertubi-tubi menusuk ke dalam tulang belakang punggungnya. Dia Daffa; lelaki tampan berkumis tipis dengan tahi lalat di keningnya itu terdiam, sendiri.

Beberapa daun berjatuhan mengotori pekarangan rumah, bunga-bunga begitu kering tak bermekar, mawar putih favoritnya pun layu menambah kekacauan dalam pikiran. Bagaimana bisa ia layu padahal selalu ku rawat setiap hari?

Ia terdiam menatap langit, ada kebahagiaan disana ketika satu persatu cahaya berkedip mengisyaratkan sesuatu, Ia tau malam ini tak seindah kemarin ketika perempuan pujaan hatinya menggenggam erat kedua tangannya, mereka seolah mengucap janji satu sama lain. bahkan ketika Daffa mengingatnya pun ia tak kuasa menahan kelopak mata yang telah di penuhi butiran air.


“Maafkan aku, kalau saja sore itu kau datang tepat waktu mungkin tidak akan seperti ini jadinya” tukas wanita itu di seberang telepon di iringi isak tangis yang menambah kacau fikirannya. Daffa termasuk lelaki yang cukup tegar, terlebih ketika kepergian ibunya 2 tahun silam. Tapi baru kali ini air mata berlinang deras di pipinya.

Tuhan... kalau saja sore itu hujan tidak turun, ia tidak akan menerbangkan payungku. Kalau saja sore itu hujan tidak turun ia tidak akan menghancurkan semuanya, aku menggigil kedinginan di bawah derasnya hujan, kau pergi begitu saja tanpa menoleh ke arahku, “heiiiiii... aku meneriaki namamu”  tanpa sadar ia terkulai lemas di pinggir halte masih dengan kemeja bermotif kotak kotak dengan setangkai bunga di genggamannya.


“Mas, mas. Gelandangan ya?” seraya menepuk-nepuk pundak lelaki penuh penyesalan itu.
Dia tersadar begitu melihat banyak kerumunan orang mengelilinginya.
“Saya bukan gelandangan pak, tadi malam saya kehujanan, saya juga tidak tahu mengapa saya bisa ada disini” ucapnya heran
“Ya sudah, pulang sana. Sebelum petugas menggusurmu”

Ya tuhan, bagaimana bisa cinta membodohiku seperti ini, kenyataannya aku seperti orang gila yang mengemis makanan tanpa rasa malu. Ucapnya dengan perasaan kesal yang amat dalam.

 ...

“Kak Daffa?” suara seseorang membuyarkan lamunannya
Ia menoleh ke sumber suara, menatap penuh haru.

“Kenapa dek? Tidur sana dek udah malam besok kan kamu sekolah” tukasnya seraya mengusap lembut rambut adiknya. sebut saja Revan.
Dengan sigap Revan duduk tepat di sebelah kakak satu-satunya.

“Revan bukan anak kecil lagi kak yang sering kakak bohongin masalah uang jajan, Revan udah gede kak. Revan tau kakak lagi ada masalah” Revan menatap penuh haru seakan tau apa yang di rasakan lelaki bermental tempe itu.

Dengan berlinang air mata dia memaksa adik semata wayangnya itu keluar dari kamarnya.  “Ah cengeng!” teriak Revan lantang.

Malam itu tepat 3 tahun hari jadi Daffa dengan Shilla; wanita pujaan hatinya yang begitu tega meninggalkannya tanpa alasan yang logis. Wanita yang ia banggakan dengan segala tingkah polahnya, wanita yang selalu menemaninya dalam segala kondisi, berjanji selalu bersama dalam suka maupun duka, wanita yang pernah ia kenalkan kepada keluarga dan teman-temannya.

1 hal yang masih membekas perih di hatinya, messege terakhir dari Shilla ketika hujan sore itu.





 From: Shilla. 16.43
jangan temui aku lagi, aku bukan untukmu

Muak aku di buatnya, sore itu rasanya ingin ku hancurkan mawar putih favoritmu.



To be continue.

Minggu, 24 Januari 2016

Dear MANTAN

dear MANTAN.... ♥

"Apa kabar? sepertinya aku merindukanmu" barisan singkat message yang kau kirim malam kemarin masih terus ku baca berulang-ulang, entah apa istimewanya tapi jika boleh jujur aku senang saja membacanya.

"aku juga kangen kamu, aku gak tau harus gimana lagi ngungkapinnya, aku emang jago ngerangkai kalimat tapi di depan kamu aku rasanya kaku, bingung aja gitu intinya" sesekali ku bergumam dalam hati seraya senyum-senyum sendiri. Oh

Tuhan, perasaan macam apa ini?
bahkan ketika aku mendengar voice note yang kau kirim malam itu juga rasanya aku semakin melambung, terlebih jika aku mengingat kenangan yang sudah 3 tahun berlalu. iyaa 3 tahun lalu, kamu masih inget gak? cinta emang gak bisa di salahkan, nyatanya aku selalu bahagia dengan cinta itu sendiri. aku gak berharap kamu kembali apalagi berniat untuk ngerebut kamu dari dia, serius deh aku ga sejahat itu. aku cuma rindu aja sama apa yang udah kita lalui, kamu bisa jadi lebih dewasa dari aku yang kekanak-kanakan, Kenyataannya usia kita terpaut 3 tahun lebih muda dirimu, walaupun hubungan kita gak pernah lepas dari sesuatu yang aku benci, kamu bohongin aku contohnya; haha.
aaah pokonya aku rindu deh. Rindu masa-masa Sekolah itu. titik!

Di keheningan malam aku terjaga.
Tuhan, bolehkah aku sekedar rindu? pada makhluk yang kau ciptakan untuk mengisi hari-hariku.

"Maukah kau ungkapkan rindu yang kau pendam? biarkan perempuanmu tau bahwa pernah ada kisah di antara kita" sesekali memutar ulang voice note yang kau kirim.

kita memang saling rindu, akan tetapi waktu siapa yang tau? kini kau bukan lagi milikku, dan tidak akan kembali padaku sekalipun rindu ini menggebu.

Ingin ku jelaskan 1 hal padamu, bahwa kau masih selalu ada dalam benakku walaupun kenyataannya realita berpaling arah dari harapanku.
Jika boleh ku ulang sekali lagi, ingin ku katakan aku sangat merindui mu melebihi apa yang kau tau.

Tapi Tuhan, aku tau bagaimana cara menjaga fitrah ini♥ sekedar rindu boleh bukan?

Selasa, 19 Januari 2016

Aku tahu diri

Baiklah, Setidaknya aku tau bagaimana caranya untuk sekedar berterima kasih, memaksamu untuk tetap singgah itu bukan alasan seberapa besar aku mencintaimu. aku biarkan kau pergi sesuka hati lalu kemudian datang lagi dengan harapan yang masih sama seperti kemarin. kalau saja aku tidak tahu diri mungkin sudah pergi engkau sejauh mungkin dan takkan kembali lagi.
Aku sudah cukup paham dengan fitrah ini, maka tak ingin ku nodai dengan rindu yang menggebu. Cinta selalu datang di saat yang tidak tepat, ketika mudah goyah keyakinanku dia memberi beribu kata manis sehingga membuat aku melambung tinggi tanpa tahu dimana aku harus mendarat, terus melambung hingga terhempas di lautan lalu terombang-ambing seolah kau berikan makna cinta yang sesungguhnya. tapi kenyataannya aku tenggelam dan tidak kutemui dirimu disana, hanya reruntuhan asa yang melebur bersama lenyap nya nafasku. cinta macam apa ini? ditinggalkan begitu saja tanpa rasa iba sedikitpun.

Akhirnya aku tersadar dalam keheningan, nafasku terengah-engah menahan ribuan ton harapan yang kini menghancurkanku. hanya tangan tangan kecil yang menuntunku keluar dari kumuhnya sebuah pengharapan.
"Bukankah kau tahu betapa cemburu nya Dia ketika kau berharap kepada selain Dia? di biarkannya kau tersiksa dengan rindu yang kau yakini benar."
Aku terdiam membisu, terbelalak semua mata menghakimiku.

Aku masih dalam pengharapan yang sama, akan tetapi bukan terhadap sesamaku melainkan Dia Sang Maha Pencipta. ♥

Selasa, 12 Januari 2016


Ada yang tau arti kata "Rindu"?

Jika ribuan bintang di atas sana bisa mewakilinya, maka ia ku sebut "Rindu". jika hanya terucap tanpa dasar ketulusan maka ia hanya kamuflase.
Aku selalu rindu bagaimana cara Tuhan menggenggam tanganku erat, memelukku seakan-akan Dia tau bahwa gadis kecil ini akan hadapi jutaan "Rindu" yang tidak beralasan nantinya.

maka aku ingin teramat "Rindu" pada sesuatu yang pantas aku rindukan
-A. Yunanda-