Selasa, 05 Juli 2016

Ramadhan

Langit mulai meredup, perlahan cahaya indah muncul diujung senja. Dedaunan mulai menampakan bayangannya, bergoyang terhembus angin sejuk lalu mengusap lembut jemariku.
Aku mencoba menutup mata, merasakan ia kian dekat seakan-akan mendekap. Ku lantunkan syair penyejuk hati lalu perlahan diri ini mulai menyadari, bahwa hidup akan terus berjalan indah sampai kau temukan titik jenuh diujung jalan yang buntu.
Aku menari-nari diatas sang malam, merayu bintang-bintang agar ia tetap singgah hingga aku terlelap, tidak peduli seberapa lama waktu yang tersisa untukku. Yang aku inginkan hanya--Malam ini akan terulang ketika aku mulai mengerti apa artinya perjuangan, apa artinya keikhlasan....

Mungkin tanpa hentakan yang seirama kala itu, degupan jantung yang berbeda, hembusan nafas yang jauh lebih aku syukuri.

Kota ini sepi tak berpenduduk, bukan semacam kutukan, akan tetapi Tuhan inginkan sunyi tanpa kemelut, senyap tanpa kebisingan, lalu biar aku sendiri yang buat keramaian. Menikmati alur yang lengang, sendiri, lalu terbiasa tanpa seorangpun.

"Lihatlah! Langit luas membentang akan jadi saksi bahwa kau tak sendiri" aku terdiam, lalu menorehkan senyum simetri. Betul apa katamu--aku tak pernah benar-benar sendiri, bahkan ketika kau hadir membawa cahaya suci di kegelapan hatiku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar