Bukan hanya aku yang kecewa, tapi dia pun demikian, perempuan yang kau janjikan dengan sebuah puisi, kau yang buat sendiri memang tapi tajuknya persis seperti yang kau berikan minggu lalu kepadaku.
-bukan karna puluhan kalimat indah dalam puisiku, tapi engkau yang menawan teramat istimewa untuk ku puisikan- singkatnya.
"Aku hanya membutuhkan waktu 30menit untuk jadi seorang penyair hebat dibandingkan pujangga penuh dusta sepertimu" tegasku
Lembarannya melebur, huruf-hurufnya pun terpisah tidak beraturan. bagaimana bisa kertas warna warni cantik yang ku simpan rapi seketika berhamburan di
hadapan pemiliknya.
"Bukankah kau bisa membuat yang serupa ratusan lembar?"
Perempuan di sebelahnya menangis meremas kertas di genggamannya, lalu pergi begitu saja. Dia tampak sedih sekali, mungkin saja teramat kecewa.
"Lalu siapa lagi yang hendak kau puisikan?" ungkapku penuh kesal.
Lelaki bermental tempe itu beranjak dari kursinya, menatapku dengan garang bak polisi lalu lintas, lalu pergi tanpa membawa pulang puing-puing kertas itu.
Kecewa memang tidak dapat kau obati, sekalipun dengan puisi berbeda pun orang yang berbeda. Dan yang aku tau, penyair hebat hanya mampu mempuisikan satu paras istimewa di hidupnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar