Kamis, 14 April 2016

Kutipan Novel Hujan•Tere Liye

Ku pikir aku terlalu banyak mengkhayal. Terlalu banyak berharap. Lantas hanya perih yang aku terima. Benar kata mereka, bukan tentang harapannya tetapi tentang siapa yang kita harapkan. Pantas atau tidak seseorang itu kita harapkan.

Aku mengutip kisah "Hujan" karya Tere Liye. Tentang sebuah harapan yang berulangkali membuat kecewa. Tapi Lail, si tokoh utama. selalu percaya bahwa Esok tidak akan pernah melupakannya. Lail selalu ingat siapa yang menarik tasnya di  lubang tangga darurat kereta bawah tanah, siapa yang menemaninya ketika hujan asam, siapa yang selalu paham akan Lail. Yaa dialah Esok. Anak laki laki yang Lail kenal tanpa sengaja, anak laki laki yang Lail kenal ketika bencana alam yang tidak pernah Lail bayangkan sebelumnya. Esok lah satu-satunya yang Lail punya kala itu, ketika seluruh keluarganya pergi untuk selamanya.
Gadis seusia Lail memang belum paham banyak hal. Tentang harapan, cinta dan ketulusan. Yang Lail tau dia hanya punya Esok,  Temannya di pengungsian.

Hingga pada akhirnya waktu yang memisahkan keduanya. Esok di adopsi oleh Walikota. Sedangkan Lail, pindah ke tempat barunya, Panti sosial.
Hari-hari Lail di lalui tanpa Esok. Usianya kini kian dewasa, dan Lail mulai paham tentang perasaannya, tentang harapannya kepada Esok.
Lail mulai rindu. Tapi Esok? mungkin ia juga rindu.
Liburan panjang selalu jadi hal paling berharga. karena Esok selalu menemui Lail. Terlalu bahagia walaupun waktu begitu singkat.
Hingga setelah Esok pergi ke Ibu Kota untuk study nya. makin singkat lah waktu yang Esok punya. bahkan tidak pernah menemui Lail.
Lail selalu berharap Esok akan datang, di acara pelantikan relawan, di acara Wisuda nya bahkan sebentar saja untuk menemaninya ke lubang tangga darurat kereta bawah tanah. Esok selalu datang di waktu yang tepat. Akan tetapi Esok terlalu membuat Lail berharap dan menunggu. Tapi hebatnya Lail. Ia percaya Esok tidak pernah melupakannya. Meski terkadang harapannya sia-sia. Lail masih tetap percaya Esok tidak akan pernah mengecewakannya.

Aku tidak di tuntut untuk menjadi Lail. Berharap dan menunggu dengan yakin orang yg di harapkannya punya perasaan yang sama. Tapi nyatanya semua itu percuma. Aku memang punya hati, yang seharusnya aku jaga sendiri--dengan cara terbaik.

Aku mengharapkan seseorang yang tidak pantas aku harapkan. karena nyatanya dia mengharapkan hati yang lain. Sebenarnya aku telah membuang banyak waktu dengan percuma. Berbeda dengan Lail; dia selalu punya cara terbaik untuk menenangkan hatinya, karena seseorang yang Lail harapkan juga mengharapkannya.

Aku selalu paham bahwa hujan tidak bisa kita hentikan. Kita hanya bisa menunggu. Sampai selesai tetesan terakhirnya.
Begitupun dengan harapan. Kita tidak bisa menghentikannya. Kita hanya bisa menunggu. Hingga apa yang kita harapkan berakhir dengan sempurna; di tanggapi atau justru di abaikan.

Kutipan Novel "Hujan" karya Tere Liye membuat aku tercengang akan arti pengharapan yang sesungguhnya.

Saat ini bukan tentang Apa yang aku harapkan. Tetapi tentang siapa yang aku harapkan.

Jika kelak aku berharap. Izinkan aku berharap pada sesuatu yang pantas aku harapkan. ♥

•A. Yunanda•

Tidak ada komentar:

Posting Komentar