Ku tarik selimut karna hari masih terlalu pagi, enggan
rasanya beranjak, aku masih ingin bermalas-malasan. Sesekali aku melihat jam di
handphone ku menunjukan pukul 02.00
“Istirahat macam apa ini? Belum nyenyak rasanya” gumamku
dalam hati
Terkejut aku mendengar suara handphone, lagi lagi erin
mengganggu istirahatku.
“hallo Renata? Besok hari pertama kita masuk Universitas,
kau jangan sampai kesiangan”
“Erin apakah kau tidak ada kerjaan menelpon pagi-pagi buta
begini? Matikan sekarang atau aku blokir nomormu”
Erin, sahabat karibku itu memang hobi sekali mengganggu tak
kenal waktu. Bahkan ia selalu
menyempatkan waktunya untuk mengganggu kapan
saja.
Alarmku berbunyi tepat pukul 06.00 pagi, aku harus segera
bersiap-siap kalau tidak Erin akan menelpon ku lagi. segera aku melangkah
keluar rumah tapi ternyata aaaaah sudah tidak salah lagi Erin sudah stay di
rumah ku sedari tadi.
“Aku nebeng ya ren hehe..” dengan senyum lebarnya yang
membuat ku tertawa karna tingkah nya yang aneh.
Sepanjang perjalanan Erin sibuk mengoceh, untung saja aku
sudah memasang handsfree jadi aku tidak akan mendengar apa yang di
bicarakannya. Sampai di Kampus pun Erin masih saja membicarakan hal yang bagiku
tidak begitu penting.
“Sedari tadi kau pasang handsfree? Kau tidak dengar apa yang
aku katakan? Memang keterlaluan kamu renata, sahabat macam apa kau ini?” ku
letakan jari telunjukku di bibirnya berusaha menghentikan ocehannya sssssssstttttt.
Ospek memang sudah selesai dari hari kemarin, ini hari
pertamaku memulai study. Tapi ini masih terasa janggal bagiku, aku pernah
bermimpi bisa jadi salah satu mahasiswi di University of Melbourne. Memang
berbeda rasanya, tapi aku yakin dimana pun itu, tidak kalah indah dengan
angan-angan Melbourne ku.
Siang itu sekitar pukul 01.00.....
Seperti biasa, aku selalu mencari tempat untuk sendiri,
tanpa ada satupun yang mengganggu, Meski Erin sekalipun. Sembari merangkai kata
aku selalu membayangkan keindahan kota Melbourne, maka justru itu kalimat ku
seringkali nyaris sempurna, begitulah yang selalu Erin bilang.
“Drinks for you” sebotol minuman kaleng dingin sudah ada di
hadapanku, Erin memang selalu perhatian. Ku peluk Erin erat, rasanya tidak mau
kehilangan sahabat terbaik sepertinya.
“Oh ya Renata, kemarin aku lihat surat kabar harian banyak
yang memuat Cerpen disana, apakah kau tidak tertarik?” Ujarnya sesekali meneguk
minuman.
“Apa kau yakin aku bisa?” terlihat wajah keraguan di dalam
diriku dengan mata yang berkaca-kaca.
“Jika kau saja tidak yakin, bagaimana impian itu bisa
tercapai? Semua bermula dari dirimu” tukasnya kesal meninggalkanku.
Betul apa kata Erin,
jika aku saja tidak yakin dengan diriku sendiri bagaimana impian itu bisa jadi
kenyataan. Erin memang paling bisa membuat semangat ku kembali lagi.
....
Suara handphoneku berdering, panggilan dari Erin terpampang
di layar.
“Ke rumah ku sekarang!” suara Erin begitu tergesa-gesa di
ujung telepon.
Aku segera pamit kepada Ibu, alasannya mengerjakan tugas
kelompok bersama Erin meskipun aku tidak tau apa yg akan aku lakukan disana,
dan berjanji akan kembali sebelum pukul 05.00 sore.
Ku percepat laju motorku, karna Erin memang tidak sabar
dalam menunggu. Tak lupa selalu ku gunakan masker jika bepergian, karna polusi
udara Jakarta memang tidak sehat, Mencegah lebih baik daripada mengobati.
Setibanya di rumah Erin ku parkirkan motorku di sebelah
taman rumahnya, Erin memang anak orang kaya, rumahnya pun bagaikan istana. Aku
selalu merasa segan jika bertemu kedua orangtuanya, tapi meskipun begitu
keluarga Erin sangat Friendly, seringkali mengajak ku
untuk selalu berkunjung ke rumahnya hanya untuk mengajarkan Erin beberapa mata
pelajaran yang nilainya kurang baik, aku memang tidak begitu pintar, tapi aku
mampu memahami dan mengingat beberapa mata pelajaran yang sudah di sampaikan.
Baru saja sampai depan pintu rumahnya, Erin meneriaki ku
dari lantai atas. Terkejut aku, kebiasaan Erin bukan hanya mengganggu tapi juga
mengagetkan.
“Ku pinjami kau Laptop beserta modemnya, kau gunakan untuk
kirim beberapa karya indahmu. Kuberikan beberapa link nya nanti. Tapi ingat kau
harus sungguh-sungguh.” Siang itu bagaikan meledak-ledak seluruh isi hatiku
karna teramat bahagia.
To be continue...